21
Thu, Nov

Petani Margorejo Keluhkan Proyek Rehabilitasi Bendung Blado

Foto: Clakclik.com

Peristiwa
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pati, Clakclik.com—Sejumlah petani termasuk pengurus Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) mengeluh terkait pelaksanaan proyek rehabilitasi daerah irigasi Blado termasuk diantaranya adalah rehabilitasi Bendung Blado yang berada di perbatasan Desa Jambean Kidul dan Desa Jimbaran Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Baca juga: https://www.clakclik.com/identitas/35-komunitas/1873-bedah-perda-rtrw-pati-2010-2030-jampisawan-temukan-sejumlah-kejanggalan

Pasalnya, selain pihak pemborong tidak berkoordinasi dengan GP3A, proyek rehabilitasi irigasi itu berakibat jadwal tanam padi sejumlah kelompok tani mundur.

Wakil Ketua GP3A Banyu Selaras Blado, Kamelan mengatakan bahwa hingga pengerjaan proyek yang sudah berjalan hampir 50 persen, pihaknya mengaku belum pernah diajak berkoordinasi dengan pihek pengelola proyek.

Penampakan proyek rehabilitasi irigasi Bendung Blado di Kecamatan Margorejo, Pati, Jateng, Rabu (24/11/2021) / Clakclik.com

“Proyek itu dilaksanakan tanpa ada koordinasi dengan kami. Padahal proyek itu ada kaitannya dengan GP3A karena menyangkut sarana irigasi,” kata Kamelan, Rabu (24/11/2021).

Kamelan menambahkan bahwa pihaknya mendapat pengaduan dari sejumlah kelompok tani tentang mundurnya jadwal menanam padi disebabkan karena pompa air yang selama ini digunakan oleh kelompok untuk mengairi sawah harus berhenti beroperasi lantaran lokasi pompa digunakan untuk jalur transportasi proyek.

“Para petani mengeluh karena harus mengundur jadwal tanam padi disebabkan pompa air mereka tidak bisa beroperasi karena lokasi pompa digunakan sebagai jalur transportasi alat berat,” tambah Kamelan.

Papan proyek rehabilitasi irigasi Bendung Blado di Kecamatan Margorejo, Pati, Jateng, Rabu (24/11/2021) / Clakclik.com

Kamelan berharap proyek dengan nilai anggaran hampir Rp. 2 miliar itu tidak justru menimbulkan masalah bagi petani. “Karena proyek itu untuk irigasi pertanian, ya harusnya para pihak terkait membicarakan dengan petani. Meskipun sudah ada gambar dan panduan teknis proyeknya, tapi tetap harus berkomunikasi dengan petani. Kan yang akan menggunakan mereka,” pungkas Kamelan. (c-hu)