Pati, Clakclik.com—Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Jawa Tengah saat ini telah menggodok rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS. Peraturan tersebut harapannya bisa digunakan sebagai acuan sekaligus payung hukum oleh para pihak dalam usaha pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Pati.
“Raperda terdiri atas 43 pasal. Diantaranya memuat kebijakan tentang langkah promotif, preventif, kuratif, konseling dan testing sukarela, serta perawatan dan dukungan.” Kata Ketua Komisi D DPRD Pati; Maesaroh.
Sejumlah relawan membuka posko informasi seputar HIV-AIDS di sekitar terminal bus di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (03/12/2012). Lokasi terminal bus dipilih agar bisa dijangkau oleh masyarakat umum. Selain konsultasi HIV-AIDS juga disediakan layanan pemeriksaan kesehatan dan tensi darah gratis. fokus informasi yang di berikan di posko selain informasi tentang pengetahuan dasar HIV-AIDS juga kampanye stop stigma dan diskriminasi. Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) biasanya mengalami kesakitan ganda. Pertama sakit karena terpapar HIV, kedua sakit karena mendapatkan stigma dan perlakuan diskriminatif.
Koordinator Lapangan Wilayah Pati SSR HIV PW Fatayat Jawa Tengah; Adiningtyas Prima Yulianti mengatakan bahwa produk kebijakan pemerintah untuk upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS sangat dibutuhkan. Menurutnya, ada tiga hal yang penting, yakni; penyediaan anggaran yang cukup, pelibatan lintas sector dan tidak menjadikan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) sebagai obyek program.
Koordinator Kelompok Dampingan Sebaya (KDS) Rumah Matahari; sebuah organisasi yang mewadahi (ODHA) di Pati; Ari Subekti menyambut baik rancangan peraturan itu. Pihaknya juga mengaku beberapa kali terlibat dalam pembahasan Raperda tersebut. menurutnya, melibatkan ODHA secara aktif adalah salah satu kunci penting dalam usaha penanggulangan laju penularan HIV-AIDS. “ODHA itu memiliki beban ganda. Secara medis dia sakit karena terpapar HIV, secara sosial dia mengalami tekanan karena praktik stigma dan diskriminasi. Pemerintah hingga saat ini baru bisa mengintervensi soal beban medis-nya. Sementara beban sosialnya masih belum terjangkau.” Kata Ari Subekti.
Seorang anak membentangkan poster bertuliskan “Kami Juga Berhak Hidup” dalam kegiatan aksi refleksi peringatan Hari AIDS se-Dunia yang dilaksanakan di alun-alun simpang lima Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah (01/12/2012). Setiap tahun sekali masyarakat dunia melakukan aksi peringatan hari AIDS yang dilaksanakan pada 1 Desember. Peringatan hari AIDS adalah salah satu usaha masyarakat dunia untuk mengingatkan semua pihak untuk membangun kepedulian dan gerakan bersama menanggulangi penyebaran HIV-AIDS. Pada tahun 2018 lalu, tema peringatan hari AIDS se-Dunia adalah: Saya Berani, Saya Sehat yang maksudnya adalah berani memeriksakan status HIV dan bila positih akan tetap sehat karena patuh minum obar ARV (anti retro-virus)
Sesuai namanya HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang bekerja menggerogoti kekebalan tubuh manusia. Orang yang terpapar HIV akan mengalami proses percepatan penurunan daya tahan tubuh. Dampaknya kuman dan virus lain bisa menyerang dengan mudah. Oleh karena itu fase berikutnya pasca HIV adalah AIDS (acquired immunodeficiency syndrome); yakni timbulnya berbagai penyakit yang menyerang seseorang disebabkan kekebalan tubuhnya melemah.
Anak-anak sedang bermain peran dalam pelatihan pertolongan pertama/Fist AID, difasilitasi oleh relawan dari Yayasan SHEEP Indonesian Jogjakarta. Diselenggarakan di lokasi wisata Kebun Kopi Jolong di lereng Gunung Muria wilayah Kecamatan Gembong, Pati, Jawa Tengah (31/12/2011). Pelatihan tentang pertolongan pertama dalam rangka membekali anak-anak agar bisa melakukan tindakan yang tepat saat mengalami atau menolong temannya ketika terjadi masalah-masalah terkait dengan kesehatan dasar dan kecelakaan ringan.
HIV hanya bisa hidup, berkembang biak dan menular melalui 4 media, yakni; cairan sperma, cairan vagina, darah dan air susu ibu (ASI). Hingga saat ini pemerintah menyediakan obat pengendali-nya secara gratis.
Berdasar data Dinas Kesehatan Pati secara komulatif sejak 1996 hingga Juni 2019 terdapat 1.486 kasus HIV/AIDS dengan 205 orang di antaranya meninggal dunia. (c-hu)