Pati, Clakclik.com—Jika dihitung prosentase, sekitar 75 persen korban banjir di Pati; terutama disepanjang wilayah Sungai Juwana adalah petani yang tidak hanya pemukiman mereka yang tergenang, tapi tanaman padi mereka juga rusak bahkan gagal panen karena banjir.
Sementara itu, disejumlah wilayah seperti di Kayen, Pati Kota dan Juwana, banjir juga menenggelamkan tambak ikan.
Baca juga: Kerusakan Kendeng dan Muria Penyebab Banjir Pati (clakclik.com)
Dua sektor perekonomian rakyat, mina (perikanan) dan tani (pertanian) tersebut selama ini menjadi penopang utama perekonomian di Kabupaten Pati.
Namun, saat sektor ini terpuruk disebabkan oleh bencana, pemerintah dianggap tidak memiliki perhatian yang serius atas sektor tersebut.
Petani di Desa Tondomulyo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah sedang panen padi ditengah genangan banjir dengan kondisi padi yang sudah menghitam, Jum'at (26/2/2021) / Clakclik.com
“Kalau mencermati pernyataan para pejabat, saat bicara banjir yang disampaikan selalu soal proyek normalisasi sungai, bantuan pangan bagi korban banjir, himbauan tidak membuang sampah sembarangan. Tapi soal kerugian petani dan petambak serta bagaimana solusinya tidak pernah dibicarakan,” kata petani tambak Desa Gadingrejo, Kecamatan Juwana, Ari Subekti (27/2/2021).
Petani padi Desa Tondomulyo, Kecamatan Jakenan, Sunhadi mengatakan bahwa mayoritas warga desanya gagal panen dan atau panen dengan hasil yang minim dan kualitas yang buruk.
“Kalaupun bisa panen, tidak bisa menutup biaya produksi. Harusnya hal ini menjadi perhatian pemerintah,” kata Sunhadi.
padi yang sudah menghitam karena terendam banjir dipanen dan dijemur ditepi jalan Desa Tondomulyo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah , Jum'at (26/2/2021) / Clakclik.com
Warga Desa Sugiharjo, Kecamatan Pati Kota, Joko Pramono mengatakan bahwa petani di desanya terpuruk disebabkan bencana banjir.
“Setelah banjir mulai surut, petani di desa kami galau melihat tanaman padinya yang sudah menghitam. Kalau tidak dipanen eman-eman, kalau dipanen lebih mahal biayanya dibanding hasilnya,” kata Joko Pamono. (c-hu)