Clakclik.com. 15 Januari 2020—Dua pekan terakhir kasus-kasus tentang praktik intoleransi dan nuansa radikalisme menjadi perbincangan menarik. Pasalnya, kisah-kisah itu keluar tidak dari lingkungan pesantren garis keras atau kelompok pengajian dewasa, namun muncul dilingkungan Pendidikan sekolah, dilingkungan anak-anak.
Minimal ada 3 kasus mencuat yang penting menjadi pembelajaran para orang tua dalam hal memilih sekolah, menyaring pertemanan anak-anak serta kepada siapa kita menitip-bimbingkan anak-anak kita.
Pertama, ada kasus anak dikeluarkan dari sekolah gara-gara berkirim ucapan selamat ulang tahun kepada kawannya (yang kebetulan laki-laki, sedangkan ia sepengirim adalah perempuan). Dalih yang digunakan: sudah sesuai aturan sekolah. Lantas pertanyaannya, sekolah macam ap aitu sesungguhnya dan apa yang diajarkan? Kasus ini terjadi di Solo, Jawa Tengah.
Kedua, ada lagi kasus tentang seorang anak perempuan yang tidak berjilbab kemudian diteror oleh pengurus organisasi keislaman sekolah. Saat teror itu berkelanjutan dan orang tua korban merespon, bahkan si orang tua pun dihujat oleh teman sekelas anaknya. Kasus kedua ini terjadi di Gemolong, Sragen, Jawa Tengah.
Ketiga, kasus yang masih hangat saat ini yakni seorang pendamping pramuka anak-anak sekolah dasar di Jogjakarta yang mengajarkan tepuk-an berbau diskriminasi suku arama ras antar-golongan (SARA) dengan penutup tepukan adalah teriakan ‘Islam yes, kafir No’.
Kejadian-kejadian seperti yang tertulis diatas, menjadi semacam peringatan bagi masyarakat bahwa paham radikal dan intoleransi saat ini sudah seperti virus; tidak terlalu kentara gerakannya, namun diam-diam merasuki lingkungan kita bahkan dalam lingkup keluarga.
Ditengah hiruk-pikuk media sosial, himpitan ekonomi yang semakin keras, persaingan hidup yang kian tidak selow, persoalan itu semakin menghantui kita semua. Keluarga menjadi banteng pertama dan utama untuk menghindari terjangkitnya virus radikalisme dan intoleransi masuk dalam lingkungan rumah tangga kita.
Urusan memilih sekolah anak, urusan mencari teman bergaul, urusan keaktifan mengikuti pengajian tertentu, urusan bergabung dalam grup-grup media sosial tertentu menjadi penting untuk dicermati. Sebab virus radikalisme dan intoleransi bisa masuk melalui pintu apa saja. (c-hu).