Clakclik.com, 15 Januari 2020—Dulunya, dunia prostitusi di Kabupaten Pati hanya dikenal berada diluar kota; tepatnya di wilayah- wilayah perbatasan. Misalnya Lokalisasi Lorong Indah (LI) di Kecamatan Margorejo; wilayah Kabupaten Pati yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Lokalisasi Gajah Kumpul yang berada di kanan-kiri jalan Deandeles atau jalan Pantura berada di Kecamatan Batangan berbatasan langsung dengan Kabupaten Rembang.
Dalam perkembangannya, sekitar tahun 2000-an, praktik prostitusi mulai merangsek ke tengah pusat kota. Di titik-titik spot karamaian seperti Tayu, Juwana dan Pati Kota. Kelas prostitusi di kota semakin moncer saat mulai menjamurnya tempat-tempat karaoke di dalam Kota Pati maupun di spot-spot keramaian seperti Juwana dan Tayu.
Entah siapa bidan-nya, lahirlah kemudian julukan ‘nyentrik’ Kota Pati yakni ‘Pati Kota Karaoke’. Julukan ini dengan cepat menyebar kepada khalayak wilayah Pantura Timur. Karaoke yang pada awalnya merupakan kegiatan hiburan biasa berupa acara bernyanyi, berubah menjadi sesuatu yang tabu dibicarakan di kampung-kampung. Pemandu Karaoke (PK) yang normalnya adalah seorang yang bertugas mendampingi orang-orang yang sedang bernyanyi, mengatur volume, memilihkan lagu-lagi dan timekeeper, kemudian berkonotasi miring.
Di era itu, kehidupan di Kota Pati memang terkesan hingar-bingar. Kota kecil yang dulu dituduh sebagai kota pension; kota beristirahatnya para pensiunan pegawai menghabiskan waktu senjanya, kemudian jedar-jedor siang malam. Teriakan-teriakan nyaring PK mabuk, lengkingan-lengkingan suara karaoke sambil teler dan bleyeran sepeda motor sangat familier didengar warga Kota Pati dimalam hari.
Dulu, saat orang memasuki Kota Pati dari arah Kudus, akan disambut sebuah bangunan bertuliskan Cafe dan Karaoke Las Vegas, sekarang bangunan ini sudah berubah tulisannya / Clakclik.com
Situasi itu berjalan hampir 10 tahun. Jedar-jeder karaoke itu kemudian surut dengan sendirinya lantaran aneka goncangan inflasi ekonomi di Pantura (Pati dan sekitarnya). Kafe-Karaoke mulai dari Marimar, Las Vegas, Koplak, Mursalino dan aneka lainnya sekarang sudah beralih rupa meski ditengarai masih berbisnis diseputar hal yang sama. Namun ada juga yang memang benar-benar kolaps dan mati.
Berlahan-lahan, gelar ‘Kota Karaoke’ meredup. Namun, prostitusi yang merupakan praktik tertua sepanjang jaman terus menggeliat. Modusnya juga beraneka ragam.
Jika pada 10 Januari lalu diberitakan beberapa media bahwa bahwa aparat menggerebek satu rumah di Kecamatan Gabus yang digunakan untuk transaksi birahi, sesungguhnya hal itu adalah temuan kecil saja. Praktik-praktik prostitusi dan seks bebas di Kabupaten Pati kini memiliki ruang luas yang siapapun bisa mengakses dengan mudah: orang dewasa hingga anak-anak muda.
Clakclik.com mencoba merekam peristiwa-demi peristiwa yang menurut asumsi sederhana bisa menjadi indikator bagaimana hampir segala ruang, bisa digunakan untuk transaksi seksual baik yang berorientasi kesenangan-free sex, seks bebas, maupun yang berorientasi komersial.
Murianews.com misalnya; pada 16 Mei 2018 menurunkan berita berjudul ‘Salon dan Kos-kosan Di Pati Diduga Jadi Tempat Mesum, 4 Pasangan Lagi Ngamar Digerebeg’. Berita ini menunjukkan bahwa telah terjadi penyalahgunaan tempat kos dan salon untuk praktik prostitusi. Praktik ini ditengarai justru saat ini spot lokasinya semakin bertambah disbanding 2018. Kasus yang sama terjadi lagi di tahun ini (2020). Laman patinews.com pada Jum’at (17/1/2020) menurunkan berita berjudul ‘Salon esek-esek Di Kutoharjo (salah satu desa di Kecamatan Pati Kota-red) Digrebeg, Empat Pasangan Bukan Pasutri Diamankan.
Koran Jawapos radar Kudus dalam www.radarkudus.jawapos.com pada Mei 2019 menurunkan laporan berjudul ‘Razia Hotel, Petugas Gabungan Amankan 11 Pasangan Mesum & Obat Kuat’. Kisah dalam berita Jawapos Radar Kudus itu menunjukkan bahwa praktik prostitusi di Pati juga terjadi di hotel-hotel yang jumlahnya puluhan di Kota Pati dan kota-kota satelit lainnya seperti Juwana, Tayu, Batangan dan Margorejo.
Intinya, kini tersedia ragam ajang transaksi seksual di Kota Pati mulai dari kos-kosan, tempat salon kecantikan, hotel dan juga tempat-tempat tertentu yang sudah lama eksis seperti tempat karaoke dan lokalisasi baik yang terbuka maupun terselubung.
Salah satu akun medsos yang promo layanan seks di wilayah Pati / Clakclik.com
Dukungan teknologi komunikasi yang canggih dan juga media sosial, semakin memudahkan orang untuk melakukan transaksi. Tunjangan kecanggihan teknologi ini juga yang membuat para pekerja seks komersial (PSK) maupun para pemburu birahi itu tidak kesulitan menghadapi perubahan-perubahan dan razia-razia. Misalnya, jika sedang marak razia di tempat karaoke, mereka bisa bertransaksi di hotel, jika hotel sedang marak penggrebegan, mereka bisa bermain di salon-salon kecantikan. Saat salon-salon kecantikan di sweeping, mereka sudah hapal peta dimana lokasi kost yang bisa disewa untuk short time.
Kini yang terbaru, kita bisa dengan mudah melihat penawaran-penawaran layanan prostitusi secara terbuka via online. Di media sosial tertentu, orang bisa menengok siapa yang menawarkan, bagaimana wajahnya, berapa harganya hingga disediakan nomor kontak teleponnya serta jadwal kapan mereka membuka layanan.
Para PSK ini biasanya memiliki jadwal dan trayek seperti bus dan angkutan kota. Mereka nomaden dari hotel ke hotel dari kota satu ke kota lain. Kota Pati merupakan salah satu kota transitnya. Mereka berpromosi melalui media sosial, membatasi limit tanggal dan waktu. Biasanya PSK-PSK ini bermain di middle dan high class. Lokasinya juga di hotel-hotel mewah. Mereka hampir tidak terjamah pengawasan, apalagi Razia. Praktik PSK bergerak ini diam-diam juga mulai memiliki tempat di Kota Pati. (c-hu)