26
Fri, Apr

Saat Kendeng & Muria Berkirim Banjir Ke Pati

Tambang Muria / Clakclik.com

Cerita
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pati, Clakclik.com—Pada musim hujan tahun ini di Kabupaten Pati, banjir seakan janjian mengatur giliran. Dimulai dari kejadian banjir di Kawasan kendang yang memutuskan beberapa ruas jalan Pati-Kayen-Sukolilo dan juga Tambakromo-Gabus, dilanjutkan dengan beberapa kasus tanggul jebol di Gabus dan Margoyoso, lalu diteruskan dengan banjir yang menggenangi ratusan rumah di wilayah Kecamatan Dukuhseti bahkan sempat memutus jalan lintas Tayu-Jepara via Puncel.

Kini giliran Kawasan Pati Kota diterjang banjir. Beberapa desa diperkotaan seperti Desa Geta’an dan Desa Kemiri di landa banjir. Selain itu, ryas jalan Pantura Pati-Juwana juga tergenang, Selasa (14/1/2020).

Kondisi tambang di kawasan Kendeng Utara Pati wilayah Kecamatan Sukolilo Desember 2019 / Clakclik.com

Secara hidrologis, pasokan air ke Kabupaten Pati tidak terlepas dari Kawasan Pegunungan Kendeng di Pati Selatan, dan Gunung Muria di Pati Utara. Kedua Kawasan pegunungan ini selama 10 tahun terakhir mengalami degradasi yang massif.

Sudah menjadi rahasia umum, di Kawasan Pegunungan Kendeng di Sukolilo, Kayen, Tambakromo hingga Pucakwangi, praktik alih fungsi lahan dari hutan menjadi lahan pertanian semusim terjadi sangat massif. Selain itu, praktik pertambangan batu kapur juga terjadi dengan tidak terkendali.

Sedangkan di Kawasan Gunung Muria kondisinya juga tidak jauh berbeda. Tanaman semusim seperti ketela pohon menjadi dominan di lereng gunung muria. Sedangkan praktik pertambangan batu hitam dan pasir juga tidak terkendali.

Dampak dari kedua praktik alihfungsi di dua kawasan tersebut, daya dukung dan daya tampung lingkungan menjadi sangat rendah.

Dalam pantauan Clakclik.com ada beberapa bukti yang bisa dicermati terkait dengan kerusakan di Kawasan Kendeng dan Muria jika dihubungkan dengan datangnya ancaman bencana banjir.

Pertama, air banjir berwarna coklat pekat yang menunjukkan bahwa banjir bukan hanya air tapi membawa material lumpur. Hal ini disebabkan karena air hujan yang turun dan mengalir ke sungai-sungai yang kemudian meluap itu mengalir dengan menyeret permukaan tanah yang sudah diolah dengan tanaman semusim.

Praktik pertambangan batu dan pasir di Kawasan Muria di Pati / Clakclik.com

Kedua soal frekwensi, durasi dan spot banjir. Karakter banjir terkini rata-rata adalah banjir bandang; menerjang, dengan durasi waktu yang pendek namun memiliki daya rusak yang besar. Selain itu spot atau titik banjir menyebar di lokasi-lokasi yang rentan dan kritis.

“Jadi, kesannya seperti tidak ada bencana banjir, karena terjadi sebentar lalu surut. Namun kerugian masyarakat besar; misalnya saat ini berapa ratus hektar sawah yang gagal tanam (baru berumur beberapa bulan sudah disapu banjir), berapa hektar yang gagal panen seperti di Desa Kasiyan, berapa banyak tanggul yang jebol, barapa rumah yang hanyut, berapa puluh rumah yang terkena terjangan dan genangan banjir. Semua itu menyimpan kerugian yang belum dihitung,” Ujar Joko Pramono dari Jaringan Masyarakat Peduli Sungai Juwana (Jampisawan), Selasa, (14/1/2020).

Oleh karena itu, pengelolaan Kawasan Kendeng dan Kawasan Muria di wilayah Kabupaten Pati perlu mempertimbangkan soal mitigasi bencana. (c-hu)