20
Mon, May

Sampah Sungai Juwana, Neraka Bagi Nelayan Tradisional

Sampah di mangrove Sungai Juwana, Minggu (5/1/2020) / Clakclik.com

Cerita
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Juwana, Clakclik.com—Aneka sampah rumah tangga seperti kursi, Kasur dan bantal dengan mudah bisa kita jumpai di muara Sungai Juwana. Ada yang masih mengapung di sungai bersama sampah lain, ada juga yang nyangkut di dahan mangrove. Selain mencemari sungai, kondisi tersebut juga berdampak gangguan serius bagi nelayan tradisional.

Sampah industri seperti plastik botol minuman dan plastik kemasan makanan juga menggunung dan mengapung di muara Sungai Juwana. Pemandangan itu disaksikan Clakclik.com, Minggu (5/1/2020) saat diundang Kelompok Nelayan Tradisional Sejahtera, Desa Bumirejo, Kecamatan Juwana memantau kondisi sampah yang ada di muara Sungai Juwana.

Simak juga: https://www.clakclik.com/video/51-videos/836-tempat-sampah-itu-benama-mangrove-sungai-juwana

Kelompok ini sengaja mengundang Clakclik.com untuk menunjukkan kondisi muara Sungai Juwana yang penuh sampah. Keberadaan sampah tersebut menjadi gangguan serius bagi perjalanan mereka menuju laut untuk mencari nafkah.

“Dalam perjalanan menuju laut sekitar 5 kilo meter dari start pertama, kami harus mengangkat dan membersihkan baling-baling perahu minimal 10 kali karena tersangkut sampah. Umumnya berupa plasti kresek, kain dan lain-lain. Jika nasib tidak beruntung, kadang baling-baling perahu kami patah,” Kata Tumidi, Ketua Kelompok Nelayan Sejahtera Desa Bumirejo.

Selain sampah rumah tangga dan sampah industri, sampah pertanian seperti batang pisang, jerami dan enceng gondok juga mengganggu perjalanan nelayan tradisional. Saat benda-benda tersebut nyangkut di baling-baling perahu, maka mesin perahu akan mati. Nelayan harus mengangkat dan membersihkan baling-baling.

“Kalau perahunya pakai mesin tempel masih mudah karena baling-baling bisa diangkat. Tapi untuk perahu bermesin duduk, kami harus menggunakan alat untuk membersihkan sampah yang nyangkut di baling-baling, karena posisi baling-baling tidak bisa diangkat dan berada didalam sungai,” Terang Munandirin, Nelayan Tradisional Desa Bumirejo yang juga sekretaris Kelompok Nelayan Sejahtera.

Selain persoalan gangguan bagi nelayan, sampah di muara Sungai Juwana membuat kondisi sungai menjadi terlihat kumuh. Sepanjang kurang lebih 3 kilo meter hutan mangrove di kanan-kiri sungai, dibawahnya dipenuhi aneka sampah.

“Di musim hujan dan banjir seperti ini, kami bukan panen ikan tapi panen sampah. Sebelum masuk ke laut, aneka sampah mampir dulu di mangrove. Padahal, mangrove itu tempat tinggal dan berkembang biak beberapa jenis ikan dan juga rajungan,” Pungkas Munandirin.

Para nelayan tradisional berharap ada pihak yang menaruh perhatian terhadap persoalan sampah di muara dan mangrove Sungai Juwana. Siapa saja, tidak harus menunggu pemerintah. (c-hu)