Clakclik.com, 4 Januari 2020—Di Bulan Oktober 2017, Virdika Rizky Utama; yang bekerja sebagai wartawan Majalah Gantra saat itu, baru selesai meliput acara satu tahun perkembangan renovasi Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar di Jakarta Barat, menemukan setumpuk kertas sampah.
Petugas kebersihan mengizinkan ia meminta kertas itu. "Ambil saja, Mas, ini juga mau di-kiloin [dibuang]," Virdika mengenang perkataan si petugas dalam esainya di Alif.ID,
Surat bercap confidential itu memuat rinci skenario elite politik Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) melengserkan Presiden Gus Dur pada 2001.
Surat tersebut berisi laporan Fuad Bawazier, mantan menteri keuangan era Suharto, kepada Akbar Tandjung, saat itu Ketua DPR RI sekaligus Ketua Umum Partai Golkar, mengenai jalannya operasi pelengseran Gus Dur yang dinamai Skenario Semut Merah atau SEMER.
Konsolidasi elite politik itu melibatkan orang-orang kondang, seperti Amien Rais, Hidayat Nur Wahid, Sudono Salim, Arifin Panigoro, Surya Paloh, dan Din Syamsuddin.
Dalam proses penggarapan bukunya, Virdika mewawancarai tokoh-tokoh yang namanya disebut di atas, diantaranya adalah Amien Rais, Akbar Tandjung, dan Fuad Bawazier.
Ia menjelaskan bagaimana Amien Rais dan Akbar Tandjung telihat gugup ketika dikonfrontasi soal Gus Dur dan surat ini. Bahkan, Virdika mengaku tidak diperbolehkan pulang oleh Amin Rais kalau tidak mau menyebutkan dari mana informasi ia dapatkan. Virdika juga mendapat sejumlah teror dari “orang-orang” yang mengetahui bahwa ia memegang dokumen tersebut.
Buku Virdika ini membuat penasaran banyak orang. Sebanyak 5 ribu eksemplar ludes terjual di akhir 2019. Bahkan saking banyaknya permintaan, NUmedia Digital Indonesia, penerbit buku Virdika yang berafiliasi dengan NU Online, segera mencetak edisi kedua pada Januari 2020.
Wakil Direktur NU Online Syaifullah Amin seperti ditulis laman vice.com, Rabu (2/1/2020) menanggapi kontroversi yang menyertai penerbitan buku tersebut dengan santai. Menurutnya, siapa saja yang tidak percaya dengan dokumen yang dilampirkan di buku tersebut bisa mengonfirmasi langsung kepada pihak yang disebut karena semuanya masih hidup. "Bisa ditelusuri, bisa ditanya ke mereka. Seandainya isinya benar apakah mereka menyesal,” kata Syaifullah kepada Detik.com beberapa waktu lalu. Ia mengatakan NU Online tidak terlibat proses produksi isi buku. Pihaknya hanya mencetak dan memasarkan saja.
Gus Dur lengser dari jabatannya setelah diturunkan oleh MPR lewat Sidang Istimewa pada 23 Juli 2001. Menurut penelusuran Virdika, skenario surat itu diawali dari kenyataan bahwa ketika menjabat sebagai presiden, Gus Dur tidak mau diatur koalisi.
Di antaranya, Gus Dur menolak permintaan Amien Rais soal pengangkatan kembali Fuad Bawazier menjadi menteri keuangan dan malah memecat Laksamada Sukardi (politisi PDIP) dan Jusuf Kalla (politisi Golkar) karena tuduhan KKN.
Partai Golkar kemudian menyeberang dari posisinya sebagai pengusung Gus Dur dengan bergabung ke kubu PDIP untuk melawan Gus Dur. Maka, kemudian terciptalah skenario yang ditulis di surat itu. (c-hu)