18
Sat, May

Meme; Sarana Komunikasi Lintas Batas

contoh spanduk ber'meme' / twitter.com

Cerita
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 20 Desember 2019—Media sosial dan internet dipenuhi berbagai macam unggahan informasi, tak terkecuali meme. Setiap ada kejadian yang menggelitik, warganet dengan gesit membuat semacam parodi atas kejadian itu dengan menambahkan teks yang memberi makna lain.

Kadang lucu, ada yang satir, banyak pula sarkasnya. Meme tak hanya menyoroti hal-hal remeh yang ada di lingkungan sekitar, tapi ada juga yang bersifat politis.

Menurut Carmen Ferri yang bekerja di Association For Progressive Communications (APC) Filipina, meme merupakan aspek mendasar dalam budaya di media sosial dan internet.

Carmen beranggapan, meme menjadi salah satu cara bagi sekelompok orang atau gerakan untuk menyebarkan pesan dengan lebih cepat. Hal ini pun sudah mengakar dan diadopsi oleh banyak gerakan, terutama di negara-negara Asia Pasifik.

Secara gamblang Carmen menyebut bahwa meme adalah produk budaya yang didasarkan pada hubungan sosial, ingatan, referensi historis, geografis, ekonomi, dan aspek dugaan tertentu.

Meme yang diunggah, disukai, dan dibagikan warganet adalah sesuatu yang dianggap menarik atau lucu, kadang juga mencerminkan kesan mereka tentang suatu topik, atau membuat mereka jadi lebih peka terhadap topik yang sedang dibahas.

Melalui meme, suara masyarakat yang bukan dari kalangan elit dapat tersampaikan dan didengar. Terlebih karena pesan yang disampaikan dapat menyebar dengan cepat dan sampai ke tujuan.

Istilah 'meme' pertama kali dibikin oleh Richard Dawkins, seorang ahli biologi evolusioner, dalam bukunya 'the Selfish Gene' atau 'Gen Egois' tahun 1976.

Dikatakan Dawkins, meme adalah unit pengirim pesan dan unit imitasi budaya yang beredar dari satu manusia ke manusia yang lain.

Istilah 'meme' diambilnya dari bahasa Yunani 'mimema' yang artinya 'menandakan' atau sesuatu yang ditiru/diimitasi. Dari 'mimema', Dawkins mengubahnya menjadi 'meme' (dalam Bahasa Inggris dibaca 'mim').

Namun secara sekuler ‘meme’ sekarang lebih diekspresikan berupa gambar orang, hewan, atau apapun yang dibubuhi dengan tulisan-tulisan tertentu hingga membuatnya tambah makin lucu. Tulisan tersebut ditambahkan seolah-seolah kalimat yang mendeskripsikan, mewakili, ataupun kata-kata yang diucapkan pada gambar yang dijadikan objek meme. (c-hu)