20
Mon, May

Waspadai Puting Beliung Di Masa Pancaroba

Sebuah rumah di Desa Tanjungsekar, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati roboh diterjang puting beliung, Rabu (23/10/2019)./ Istimewa

Cerita
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 1 Nopember 2019—Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, mengatakan bahwa sebagian daerah di Indonesia mulai masuk masa peralihan dari musim kemarau ke hujan. Untuk itu, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan karena masa peralihan akan disertai cuaca ekstrem seperti angin kencang, puting beliung, dan hujan lebat disertai petir berpotensi terjadi hampir di semua wilayah Indonesia.

”Di masa peralihan atau pancaroba, biasanya terjadi perubahan arah angin dan peningkatan kecepatan. Kondisi seperti ini sering menimbulkan cuaca ekstrem seperti angin kencang dan puting beliung,” kata Dwikorita di Jakarta, Kamis (31/10/2019).

Puting beliung adalah fenomena angin kencang yang bentuknya berputar menyerupai belalai, keluar dari awan cumulonimbus (CB), dan terjadi di daratan. Jika terjadi di perairan dinamakan water spout. Fenomena puting beliung bisa terjadi ketika kondisi labilitas atmosfer yang melebihi ambang batas tertentu.

Menurut Dwikorita, angin kencang atau puting beliung sulit diprediksi karena sifat kejadian fenomenanya amat lokal, dengan luas 5-10 kilometer. Fenomena tersebut lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, dan kadang menjelang malam hari.

”Jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada masa pancaroba, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun akan diikuti angin kencang. Angin kencang itu bisa masuk dalam kategori puting beliung maupun tidak,” ujarnya.

Saat menghadapi puting beliung, masyarakat diimbau untuk cepat berlindung dalam ruangan yang kokoh, menghindari berdiri di dekat pepohonan yang berpotensi roboh, serta menjauh dari lokasi kejadian karena fenomena itu terjadi amat cepat. (c-hu)