Clakclik.com, 2 Nopember 2019—Dalam survey yang dilakukan Tetra Pak Indonesia 2019, ditemukan bahwa orang Indonesia menyadari kerusakan lingkungan perlu segera ditangani.
Hal ini disampaikan Tetra Pak Indeks 2019 yang melakukan survei global tahunan dengan tema ”The Convergence of Health and Environment” di Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Survei daring tersebut dilakukan pada sembilan negara, salah satunya adalah Indonesia, yang masing-masing melibatkan setidaknya 1.000 responden.
Dalam survei itu disebutkan, sebanyak 82 persen orang Indonesia menyadari bahwa kerusakan lingkungan perlu segera ditangani. Selain itu, sebanyak 79 persen sepakat bahwa perubahan iklim yang terjadi saat ini merupakan hasil dari aktivitas manusia.
”Kesadaran masyarakat Indonesia memang tinggi terhadap lingkungan. Sayangnya hal itu belum tentu dibarengi dengan aksi,” kata Communication Manager Tetra Pak Malaysia, Singapura, Filipina dan Indonesia Gabrielle Angriani.
Hal itu terlihat dari minimnya perilaku mereka dalam menggunakan produk kemasan ramah lingkungan. Tercatat, hanya sebanyak 42 persen responden yang berupaya menggunakan produk daur ulang, sedangkan ada 45 persen yang sudah mengurangi pemakaian plastik.
Gabrielle menilai, hal iti terjadi karena masyarakat juga kesulitan mendapatkan produk yang bisa didaur ulang maupun berbahan nonplastik.
”Memang ada penghalang yang cukup besar. Misalnya, tempat sampah yang terpilah juga belum banyak tersedia,” katanya.
Sebagian besar masyarakat juga menyadari ada keterkaitan antara lingkungan dan kesehatan.
Sebanyak 68 persen masyarakat berpikir bahwa lingkungan memiliki dampak bagi kesehatan mereka. Sebaliknya, 59 persen masyarakat berpikir bahwa keputusan mereka membeli produk juga berdampak bagi lingkungan.
Tetra Pak Indeks 2019 dirilis berkat kerja sama dengan IPSOS Indonesia. Managing Director IPSOS Indonesia Soeprapto Tan mengatakan, Indonesia menjadi salah satu Negara yang dipilih karena dianggap memiliki masalah sampah yang rumit.
Kesimpulannya Masyarakat Indonesia dinilai memiliki kesadaran tinggi dalam menjaga lingkungan dan kesehatan diri. Meski begitu, kesadaran tersebut belum sepenuhnya diterjemahkan melalui aksi nyata. (c-hu)