23
Sat, Nov

Tahun 2022: Diperkirakan 5,3 Miliar Ponsel Akan Menjadi Sampah

Ilustrasi/Istimewa

Cerita
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 14 Oktober 2022--Sebanyak 5,3 miliar telepon seluler atau ponsel di dunia diperkirakan akan berhenti digunakan tahun ini. Sebagian besar komponen ponsel bekas itu menjadi sampah elektronik yang berpotensi menjadi masalah lingkungan.

Survei oleh WEEE Forum, pusat kompetensi multinasional dalam pengelolaan limbah peralatan listrik dan elektronik, terhadap 8.775 rumah tangga di Eropa menunjukkan, setiap rumah tangga rata-rata mempunyai 74 produk elektronik, di antaranya ponsel, tablet, laptop, pengering rambut, dan pemanggang roti. Survei dilakukan di Portugal, Belanda, Italia, Romania, Slovenia, dan Inggris pada September 2022.

Dari 74 barang elektronik itu, sebanyak 4 produk rusak dan 9 produk tidak digunakan, tetapi masih berfungsi. Direktur Jenderal Forum WEEE Pascal Leroy mengatakan, tahun ini, pihaknya memfokuskan pada barang-barang elektronik kecil, seperti ponsel, karena sangat berpotensi menumpuk saat tidak lagi dipakai.

”Orang cenderung tidak menyadari bahwa semua barang yang tampaknya tidak penting ini memiliki banyak nilai. Pada tingkat global, volumenya sangat besar,” ujarnya seperti dilansir dari Eurekalert.org, Kamis (13/10/2022).

Limbah ponsel pada tahun ini diperkirakan mencapai 5,3 miliar unit. Diperlukan pengelolaan limbah berbasis ekonomi sirkular untuk mengurangi beban yang lebih besar.

Leroy mengatakan, organisasi di Forum WEEE terus berupaya agar pembuangan limbah elektronik kecil menjadi lebih sederhana dan nyaman bagi rumah tangga.

Beberapa upaya di antaranya dengan menyediakan kotak pengumpulan di supermarket dan menyediakan PO Box atau kotak kantor pos untuk mengembalikan limbah barang elektronik tersebut.

Forum WEEE memperkirakan limbah peralatan listrik dan elektronik pada 2022 memiliki berat 24,5 juta ton. Sebagian besar akan dibuang ke tempat sampah dan akhirnya ditimbun atau dibakar.

Komisioner Eropa untuk Lingkungan, Kelautan, dan Perikanan Virginijus Sinkevicius mengatakan, pembuangan perangkat elektronik memiliki dampak lingkungan dan iklim yang besar.

”Mencegah limbah dan memulihkan bahan mentah penting (masih bisa digunakan) dari limbah elektronik sangat penting untuk menghindari beban lebih besar pada sumber daya dunia. Hanya dengan membangun ekonomi sirkular untuk elektronik, Uni Eropa akan terus memimpin upaya untuk segera mengatasi masalah limbah elektronik yang berkembang pesat,” ujarnya.

Kees Baldé dari Program Siklus Berkelanjutan (SCYCLE) Institut PBB untuk Pelatihan dan Penelitian (Unitar) mengatakan, banyak produk elektronik kecil, seperti perangkat audio atau kabel dan adaptor, menumpuk di rumah tangga. Barang-barang itu tersebar di sejumlah tempat, seperti laci, lemari, dan garasi.

”Selama satu dekade terakhir, pertumbuhan limbah elektronik yang dihasilkan jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan daur ulang. Oleh karena itu, sangat perlu untuk mengingatkan orang akan pentingnya menggunakan kembali serta mengembalikan setiap bagian elektronik atau produk listrik yang terlupakan,” katanya.

Tanpa tata kelola limbah yang mumpuni, sampah elektronik berpotensi berlipat ganda menjadi 100 juta ton atau lebih dalam 30 tahun ke depan. Sebab, penggunaan barang elektronik di banyak negara terus tumbuh seiring masifnya produksi gawai. (c-hu)