Clakclik.com, 19 Juni 2020—Data yang dirilis The Tobacco Control Atlas ASEAN Region, tahun 2018, jumlah anak laki-laki Indonesia berusia 13-15 tahun merokok, paling tinggi se-ASEAN.
Simak juga: https://www.youtube.com/watch?v=F727MKZGbgY
Usaha yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui beragam upaya untuk menurunkan angka perokok anak juga terkesan tidak berhasil. Hal itu bisa dilihat dari data yang tiap tahun justru jumlah perokok anak angkanya terus bertambah.
Di Kemenkes data tentang dinamika perokok anak paling tidak bisa dilihat selama periode tahun 2001 hingga 2016. Pada tahun 2001 anak yang merokok sebesar 12,7 persen, pada tahun 2004 terjadi peningkatan menjadi 17,3 persen. Pada tahun 2016 jumlahnya meningkat menjadi 23,1 persen.
Data Profil Anak Indonesia 2019 Kemenkes juga menyebutkan ada anak berusia 10-14 tahun yang merokok setiap hari (0,70 persen), merokok kadang-kadang (1,40 persen), dan mantan perokok (2 persen).
“Padahal kita berupaya agar anak-anak yang merokok ini seharusnya turun, tapi malah naik, Bayangkan 15 tahun malah meningkatnya dua kali lipat,” ujar Lenny N Rosalin, Deputi Tumbuh Kembang Anak, Kementerian Pemberberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), pada Bincang Ahli dan Kelas Inspirasi Anak (BAKIAK) Jilid II bersama Forum Anak Nasional bertema “Cegah Anak dan Remaja Indonesia dari Bujukan Rokok” secara daring, Kamis (18/6/2020), di Jakarta seperti ditulis dilaman Kompas.id, Jum’at (19/6/2020).
Dari sisi pasar, anak-anak memang menjadi salah satu target utama perusahaan rokok. Hal itu karena jika seorang anak mulai mengenal rokok pada umur 10 tahun, maka jika anak itu hidup sampai 80 tahun dia berpeluang menjadi konsumen rokok selama 70 tahun. Rokok bisa menimbulkan efek kecanduan (adiksi) yang sejajar (tingkat kecanduannya) seperti kecanduan narkoba.
Padahal asap rokok dan produk tembakau menimbulkan dampak buruk kesehatan secara menyeluruh mulai dari otak, saluran napas, hingga bisa menyebabkan kanker ganas dalam tubuh.
Dampak rokok terhadap anak bahkan bisa dimulai sejak anak masih dalam kandungan hingga lahir dan tumbuh. Lingkungan di mana anak hidup sangat memengaruhi.
Anak-anak dan remaja selain menjadi perokok pasif juga berpotensi menjadi perokok aktif, karena itu anak dan remaja menjadi target penting dan obyek rebutan perusahaan rokok. (c-hu)