26
Fri, Apr

Enam Masalah di Sistem Sekolah Kita

Ilustrasi / Clakclik.com

Opini
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Oleh: Mahendra Tlapta Sitepu | Motivator, Founder Pak Tani Digital

Esensi utama pendidikan adalah bagaimana agar anak manusia bisa menemukan ‘versi terbaik dirinya’, bukan untuk memenuhi standart ini-itu termasuk industri.

Oleh karenanya, rasanya ada yang keliru dengan dunia pendidikan kita saat ini. Ketika dunia mengalami perubahan cepat terutama karena pengaruh teknologi, tetapi tidak banyak perubahan dalam dunia pendidikan dasar & menengah kita.

Setidaknya ada enam masalah yang hingga saat ini masih menggelayutinya :

1.    Industrial Age Values

Anak-anak/ siswa-siswa dididik dengan setumpuk tugas dan diatur dalam ritme waktu yang ketat. Sepanjang hari mereka tidak melakukan apapun selain mengikuti petunjuk/ instruksi. Di sekolah, mereka dihargai/dinilai dari melakukan perintah/instruksi tersebut.

Tetapi, ditengah dunia yang mengalami perubahan dengan cepat ini, apa yang bisa dicapai dengan mengikuti instruksi?

Di dunia modern orang-orang dituntut kreatif dan mampu mengkomunikasikan ide-ide mereka dan sangat penting memiliki kemampuan berkolaborasi dengan pihak lain.

Tetapi siswa-siswa tidak mendapatkan kesempatan mengembangkan keterampilan tersebut dalam sistem sekolah.

2.    Lack of Autonomy

Di sekolah, anak-anak kurang memiliki kemandirian (otonomi) dan pengaturan (kontrol) diri pribadi. Setiap menit mereka di atur oleh sistem.

Namun, di dunia saat ini, jika Anda melakukan sesuatu, maka Andalah yang menentukan waktu Anda sendiri. Anda membuat keputusan sendiri atas apa yang Anda lakukan dan kapan mesti dilakukan.

Akan tetapi kehidupan di sekolah sangat berbeda, sistem ini seakan mengirim pesan kepada siswa-siswa bahwa mereka pribadi tidak bertangung jawab atas kehidupan mereka. Mereka hanya perlu mengikuti apa yang ditetapkan, bukannya mengambil alih dan menentukan arah hidup.

Para pakar percaya bahwa otonomi sangat penting bagi siswa. Tidak mengherankan jika siswa mulai bosan dan kehilangan motivasi karena sekolah. Bagaimana perasaan Anda jika anda diperintah setiap saat atas apa yang anda lakukan?

3.    Inautenthic Learning

Sebagian pembelajaran di sekolah saat ini tidak lagi otentik karena bergantung hafalan. Sistem ini mendefinisikan satu set pengetahuan generik/ umum bahwa semua siswa harus tahu. Kemudian setiap beberapa bulan, siswa akan diukur dari seberapa banyak pengetahuan yang diserap melalui ujian.

Kita tahu belajar dengan cara seperti itu tidak otentik karena sebagian besar hilang sehari setelah ujian. Belajar seharusnya bisa lebih mendalam dan lebih otentik. Lebih dari sekedar menghafal dan lebih dari ukuran seberapa banyak yang diserap (retensi).

Tetapi itulah satu-satunya yang diukur di sekolah dan nilai tes adalah satu-satunya yang kita hargai/ nilai. Hal ini menciptakan budaya yang tidak sehat bagi guru, siswa dan orang tua. Siswa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menghafal dan akan melupakannya dengan segera.

4.    No Room for Passion

Kita memiliki sistem dimana siswa-siswa belajar hal yang sama, pada saat yang sama dengan cara yang sama. Ini tidak sesuai dengan kodrat manusia. Kita adalah unik dan berbeda dengan cara kita masing-masing.

Kita semua memiliki ketertarikan (interest) dan gairah (passion) yang berbeda-beda dan kunci kebahagian hidup adalah menemukan dan memenuhi ketertarikan dan gairah ini.

Tetapi apakah sekolah saat ini membantu siswa-siswa untuk menemukan dan mengembangkan gairah dan ketertarikannya? Sepertinya sistem saat ini tidak menyediakan ruang untuk menjawab pertanyaan paling penting dari kehidupan seorang anak dalam bersekolah. Apa keahlian yang tepat untukku nantinya? Apa yang ingin aku lakukan di masa mendatang? Apakah keahlianku sesuai dengan kebutuhan nantinya?

5.    How We Learn

Masing-masing kita berbeda dalam hal bagaimana kita belajar, berapa banyak waktu yang dibutuhkan dan metode terbaik bagi kita masing-masing. Tapi sistem pendidikan kita tidak punya ruang untuk perbedaan tersebut. Jadi jika Anda sedikit lambat belajar, maka anda dianggap gagal.

Padahal yang anda butuhkan bisa jadi tambahan sedikit waktu untuk mengejar ketertinggalan dan bisa jadi pula hasilnya bahkan lebih baik dibanding rekan-rekan yang lebih cepat dari Anda.

6.    Lecturing

Dalam sistim sepeti saat ini, siswa menerima pelajaran lebih dari 5 jam per hari. Masalahnya, Sal Khan dari Khan Academy (kursus online gratis) menyebutnya : "Pengalaman mendasar yang tidak manusiawi ketika 30 anak-anak hanya diam mendengarkan tanpa boleh berinteraksi satu sama lain".

Juga dalam satu kelas, siswa-siwa memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Ada siswa yang lebih dulu bosan karena cepat mengerti dan ada yang bingung mengapa mereka begitu lambat paham.

Disebabkan media internet dan digital, siswa-siswa saat ini memiliki akses ke banyak informasi di dunia. Teknologi telah memungkinkan pendidikan yang bisa diakses : "siapa saja, kapan saja, darimana saja, untuk belajar apa saja, dengan konten semenariknya (multimedia) bahkan memilih tutor sekehendaknya serta dengan biaya semurah-murahnya.

Tetapi karena kekhawatiran kehilangan kontrol, sistem ini belum digunakan secara luas.