18
Sat, May

Bahaya; Anak Sekolah Indonesia, Minim Aktivitas Fisik

Ilustrasi/dungadinunga

Cerita
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 25 Nopember 2019— Studi yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet Child & Adolescent Health edisi November 2019 ini menemukan bahwa lebih dari 80 persen siswa sekolah di dunia tidak memenuhi standar satu jam aktivitas fisik per hari. Di Indonesia, jumlah anak yang tidak memenuhi standar aktivitas fisik ini mencapai 86,4 persen, yang berarti di bawah rata-rata global.

Siswa di Indonesia yang tidak memenuhi standar minimal aktivitas fisik per hari pada 2016 secara total mencapai 86,4 persen. Jumlah ini cenderung meningkat jika dibandingkan tahun 2001 sebesar 86,1 persen.

Aktivitas anak perempuan di Indonesia yang tidak memenuhi standar pada 2001 sebanyak 87,2 persen menjadi 87,4 persen pada tahun 2016. Sedangkan anak aktivitas anak laki-laki yang tidak memenuhi standar pada tahun 2001 sebesar 85,1 persen menjadi 85,4 persen pada 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata dunia, maupun di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Kurangnya aktivitas fisik pada remaja membahayakan kesehatan mereka saat ini dan di masa depan. Sedangkan manfaat kesehatan dari gaya hidup aktif secara fisik selama masa remaja akan meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dan otot, kesehatan tulang dan kardiometabolik, dan berdampak positif pada berat badan. Aktivitas fisik pada remaja juga memiliki dampak positif pada perkembangan kognitif.

Para peneliti WHO merekomendasikan adanya perubahan kebijakan. Diantaranya, pemerintah  harus mempromosikan pentingnya aktivitas fisik untuk kesehatan dan kesejahteraan semua orang, termasuk remaja.

“Rakyat, terutama kaum muda memiliki hak untuk bermain dan harus diberi kesempatan untuk mendapatkan hak kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental,” kata peneliti WHO, Fiona Bull, Jumat (22/11/2019).

Menurut dia, keinginan dan tindakan politik yang kuat dari tiap negara dapat mengatasi kenyataan bahwa empat dari setiap lima remaja tidak mendapakan manfaat kesehatan sosial, fisik, dan mental dari aktivitas fisik rutin.

Kebijakan yang harus diambil di antaranya meningkatkan semua bentuk aktivitas fisik, termasuk melalui pendidikan jasmani yang mengembangkan literasi fisik, lebih banyak olahraga, kesempatan bermain aktif.

“Membutuhkan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sekolah, keluarga, penyedia olahraga dan rekreasi, perencana kota, dan pemimpin kota dan masyarakat untuk mewujudkan perubahan ini,” kata Bull. (c-hu)