20
Mon, May

Awas, Mesin Cuci Menularkan Bakteri Patogen

Perakitan mesin cuci di salah satu pabrik di Jakarta, Rabu (1/2). Penelitian terbaru di Jerman menemukan bahwa mesin cuci bisa menularkan patogen berbahaya. foto: Kompas/Heru Sri Kumoro (KUM)

Cerita
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

JAKARTA, 1 Oktober 2019—Mesin cuci yang seharusnya untuk membersihkan aneka kuman berbahaya, justru bisa menularkan patogen (bakteri penyebab penyakit). Hal ini karena sejumlah patogen yang kebal terhadap berbagai jenis antibiotik bisa bersembunyi di dalam mesin cuci dan menularkan penyakit.

Untuk pertama kalinya, para peneliti berhasil mengidentifikasi bahwa mesin cuci rumah sakit bisa menjadi gudang patogen yang tahan terhadap berbagai obat. Patogen yang ditemukan di antaranya klon tunggal Klebsiella oxytoca yang kerap memicu persoalan serius pada bayi baru lahir di rumah sakit di Jerman.

Penelitian ini diterbitkan minggu lalu di Applied and Environmental Microbiology, jurnal dari American Society for Microbiology, seperti dirilis Sciencedaily pada Jumat (27/9/2019).

Umumnya, rumah sakit di Jerman menggunakan mesin cuci khusus yang mencuci pakaian menggunakan air dengan suhu tinggi dan disinfektan. “Ini adalah kasus yang sangat tidak biasa untuk rumah sakit, karena melibatkan mesin cuci tipe rumah tangga,” kata penulis pertama Ricarda M. Schmithausen, dokter senior Rumah Sakit Universitas, Institut Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat, Universitas Bon, Jerman.

Menurut Schmithausen, kajian ini juga memiliki implikasi terhadap penggunaan mesin cuci rumah tangga. Pada umumnya, suhu air yang digunakan dalam mesin cuci rumah tangga di Jerman di bawah 60 derajat celsius sehingga menjadikannya kurang mematikan bagi patogen.

Lebih rentan

Berbagai mikroorganisme dapat bertahan di mesin cuci domestik pada suhu yang kurang dari 60 derajat celsius. Berbeda dengan di Jerman, umumnya mesin cuci rumah tangga di negara berkembang seperti di Indonesia memakai air dingin, sehingga kerentanannya pada bakteri patogen mestinya lebih tinggi lagi.

“Jika orang lanjut usia memerlukan perawatan dengan luka terbuka atau kateter kandung kemih, atau orang dewasa dengan luka atau infeksi, pakaiannya harus dicuci pada suhu lebih tinggi atau dengan disinfektan (pembasmi kuman) untuk menghindari penularan patogen berbahaya,” kata Martin Exner, Ketua dan Direktur Institut Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat, Universitas Bonn.

“Ini adalah tantangan bagi ahli kesehatan, karena jumlah orang yang mendapatkan rawat jalan atau dirawat sendiri di rumah oleh keluarganya terus meningkat.”

Temuan ini awalnya diketahui karena banyak bayi baru lahir di salah satu rumah sakit yang tertular patogen K. oxytoca. Para peneliti akhirnya melacak sumber patogen ke mesin cuci, setelah mereka gagal menemukan kontaminasi dalam inkubator dan di antara petugas kesehatan yang melakukan kontak dengan bayi.

Para peneliti berasumsi patogen itu disebarkan ke pakaian setelah proses pencucian, melalui air yang tersisa pada mantel karet mesin cuci. Hal ini juga bisa terjadi melalui proses pembilasan akhir yang menggunakan air dengan suhu rendah. Studi ini merekomendasikan pentingnya mendesain ulang pemrosesan mesin cuci untuk mencegah akumulasi patogen dalam air sisa sehingga mencemari pakaian.

Bakteri K. oxytoca diketahui bisa menyebabkan berbagai infeksi dan berdampak serius, salah satunya adalah pneumonia. Infeksi bakteri ini bisanya ditandai dengan demam tinggi, menggigil, dan berbagai gejala lain mirip serangan flu.

Bakteri K. oxytoca bisa mengeluarkan enzim extended-spectrum beta-lactamases (ESBL), yang membuatnya tahan terhadap banyak jenis antibiotik, misalnya penisilin atau sefalosporin, sehingga sulit dibunuh. Bakteri lain yang bisa menghasilkan ESBL lain yang perlu diwaspadai keberadaannya di mesin cuci adalah Escherichia coli, dan beragam bakteri lain dari genus Klebsiella. (Kompas.id)