Clakclik.com, 7 Juni 2023--Indonesia memiliki risiko tinggi bencana dan kedaruratan, seperti kecelakaan, bencana alam, dan kondisi-kondisi lain yang membahayakan manusia. Peningkatan inovasi dan literasi diperlukan untuk tim pencarian dan pertolongan atau SAR dan masyarakat agar lebih sigap dalam penanganan bencana.
”Teknologi kami dalam kebencanaan semakin baik. Bahkan, saat ini kami punya tim SAR untuk membantu kebencanaan hingga ke luar negeri. Namun, kami masih perlu inovasi dan peningkatan kuantitas peralatan lagi,” kata Deputi Bina Tenaga dan Potensi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) M Barokna Haulah saat acara jumpa pers jelang pameran Emergency and Disaster Reduction & Rescue Expo (EDRR) Indonesia 2023 di Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Merujuk Data Informasi Bencana Indonesia Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sepanjang 2015-2020, tren kejadian bencana selalu meningkat dari tahun ke tahun. Angka paling tinggi terjadi pada 2020 dengan 5.003 kejadian.
Adapun dalam dua tahun berikutnya, angka bencana yang terjadi cenderung menurun. Pada tahun 2021 ada 3.520 total kebencanaan terjadi. Angkanya kemudian menurun pada 2022, dengan total 2.392 kejadian. Dari angka tersebut, tanah longsor, puting beliung, banjir, serta kebakaran hutan dan lahan menjadi bencana yang persentase kejadian tertinggi.
Dalam catatan Portal Satu Data Basarnas, sejak Januari-April 2023, ada 872 operasi yang dilakukan Basarnas untuk menyelamatkan 7.137 nyawa. Adapun dari kejadian tersebut, 173 orang hilang dan 697 jiwa meninggal.
Barokna mengatakan, saat ini meskipun teknologi yang dimiliki Basarnas sudah semakin baik, inovasi dan peningkatan inovasi masih diperlukan. ”Dengan daerah yang sangat luas, tentu kuantitas yang kita miliki sekarang masih kurang,” jelas Barokna. (c-hu)