08
Wed, May

Kasus Stunting Tinggi, Pati Dinilai Belum Perioritaskan Pembangunan SDM

Ilustrasi / Clakclik.com

Peristiwa
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pati, Clakclik.com--Bupati Pati, Haryanto dalam sambutannya para Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Pati di Ruang Penjawi Sekretariat Daerah Kabupaten Pati, Kamis (31/10/2019) mengaku tidak begitu yakin dengan tingginya angka stunting di Kabupaten Pati.

Pasalnya, hal tersebut tidak sesuai dengan data penurunan angka kemiskinan yang menurutnya signifikan.

Namun, untuk merespon kasus stunting tersebut, bupati mengaku telah menyiapkan program dan anggaran di APBD Pati, termasuk mendorong penggunaan dana desa untuk program penanganan kasus stunting. Tak hanya sampai disitu, bupati mengaku pada 2020 nanti, Kabupaten Pati akan diintervensi Bank Dunia khusus untuk program penanganan stunting.

“Untuk penanganan stunting, saya sudah menandatangani MoU dengan Bank Dunia untuk program 2020,” Kata Bupati Haryanto, Kamis (31/10/2019).

Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu lama.

Tingginya data stunting di Kabupaten Pati juga mendapat tanggapan dari Yayasan SHEEP Indonesia. Yayasan yang salah satu fokus kerjanya di isu kesehatan tersebut, melalui Koordinator Bidang Kesehatan, Kristina menyampaikan bahwa persoalan stunting tidak hanya terkait dengan masalah kemiskinan.

“Stunting tidak hanya terkait dengan kemiskinan, tapi juga terkait dengan gaya hidup masyarakat dan tingkat keberhasilan pemerintah dalam membangun sumberdaya manusia, terutama terkait dengan persoalan pangan,” Kata Kristina

Ia memberi contoh misalnya soal bagaimana masyarakat tidak mendapatkan edukasi yang baik soal konsumsi tentang makanan kemasan yang saat ini hampir menjadi menu wajib bagi anak-anak.

Kristina menilai, peredaran makanan kemasan di desa-desa sangat massif dan tidak terkendali. Orang tua yang tidak memiliki pengetahuan yang baik soal makanan cenderung membiarkan anak mengkonsumsi makanan kemasan secara berlebihan. Bahkan dilingkungan orang tua yang sibuk bekerja, konsumsi makanan kemasan tidak terkontrol.

“Kita perlu lihat misalnya, 12 desa yang rawan stunting itu lokasinya dimana dan bagaimana situasi sosial ekonomi masyarakatnya. Tidak bisa hanya dilihat dalam hal ketersediaan pangan saja, “ tambah Kristina.

Husaini, pegiat sosial yang selama ini sering blusukan di desa-desa terutama di wilayah Pati Selatan menilai bahwa tingginya angka stunting di Pati terkait dengan persoalan kebijakan pembangunan pemerintah Kabupaten Pati.

“ Ya, fokus Pemda Pati kan masih di soal-soal pembangunan fisik. Bikin tugu besar-besar, renovasi alun-alun dengan dana miliaran. Pembangunan Sumberdaya Manusia (SDM) terabaikan. Kalau di cek mudah sekali. Coba lihat pos anggaran APBD, berapa persen yang untuk rutin dan fisik, berapa persen yang untuk pemberdayaan dan penguatan SDM. Tidak hanya soal stunting lho, soal penyakit menular seperti TBC, Kusta dan HIV juga kurang dimonitor dengan baik. Padahal di desa-desa perkembangannya cukup tinggi,” Kata Husaini. (c-hu)