23
Sat, Nov

Awal Musim Hujan, Petani Pucakwangi Spekulasi Tanam Padi

Petani di Desa Plosorejo, Pucakwangi menanam padi dengan metode gogo rancah, Senin (4/11/2019) / Clakclik.com

Peristiwa
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pucakwangi, Clakclik.com—Meskipun hujan baru turun dua kali dan belum mampu mengairi lahan pertanian, petani di wilayah Kecamatan Pucakwangi sudah mulai menanam padi.

Petani Pucakwangi memulai tanam padi masa tanam kesatu (MT I) ini denganmetode penanaman gogo rancah; yakni cara menanam padi tidak dengan persemaian bibit, tapi dengan menanam biji gabah dengan cara melubangi tanah menggunakan tajuk atau alat pelubang yang terbuat dari kayu. Praktik menanam padi seperti itu biasanya dilakukan untuk ladang dan tegalan tepi hutan tidak di lahan sawah.

Seorang petani perempuan bersepeda di Jalan Lintas Pucakwangi - Winong turut Desa Karangrejo, Pucakwangi menuju sawah dengan memboncengkan cangkul dan tajuk, petani di Pucakwangi mulai menanam padi dengan metode gogo rancah (menanam gabah di tanah dengan cara ditajuk), Senin (4/11/2019) / Clakclik.com

Praktik seperti ini sudah dilakukan puluhan tahun oleh petani Pucakwangi dikarenakan lahan pertanian padi di Pucakwangi merupakan lahan pertanian tadah hujan. Ketersediaan air pertanian bergantung dengan turunnya hujan.

Petani memilih mensegerakan menanam padi dengan harapan bisa menanam padi 2 kali musim tanam. Kebiasaan yang dirasakan petani Pucakwangi, jika mereka terlambat memulai MT I, maka untuk MT II diperkirakan akan mengalami kegagalan karena kurang air.

Masbukin, Petani Desa Plosorejo, Pucakwangi mengatakan bahwa langkah cepat yang dilakukan petani di desanya disebabkan pengalaman yang mereka hadapi puluhan tahun. Meskipun semuanya dilakukan dengan spekulasi dan peluang kegagalan tinggi, namun hal tersebut dianggap sebagai bentuk usaha maksimal yang dilakukan oleh petani.

“Sebenarnya segera menanam padi seperti ini ya spekulasi, wong hujan baru turun dua kali. Di desa saja air bersih masih belum cukup, Masih menunggu kiriman bantuan atau membeli. Tapi jika tidak segera menanam, nanti kami di musim tanam kedua juga kerepotan,” Terang Masbukim, Senin (4/11/2019).

Suasana ruas Jalan Pucakwangi - Winong ramai petani sedang berangkat ke sawah untuk menanam padi, Senin (4/11/2019) pagi / Clakclik.com

Dalam usaha percepatan tanam seperti yang dilakukan petani Pucakwangi, Masbukin mengaku yang sering menjadi persoalan selain air adalah bibit. Ia mengaku sesungguhnya membutuhkan bibit yang punya kemampuan tahan dengan tanah kering, sehingga jika nanti setelah petani menanam dan tidak turun hujan beberapa hari berikutnya, benih padi masih bisa tumbuh.

Kasus yang sering dialami oleh petani padi di lahan non-irigasi seperti petani Pucakwangi dengan percepatan tanam tersebut biasanya sering mengalami gagal tanam dikarenakan kekurangan air. Mereka harus mengulangi menanam padi 2 sampai 3 kali. (c-hu)