06
Mon, May

Jenis Ancaman dan Kerugian Akibat Bencana Kekeringan Di Pati Semakin Beragam dan Meningkat, Pemerintah Diharap Semakin Peka

Ilustrasi/Clakclik.com

Peristiwa
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pati, Clakclik.com—Bencana kekeringan menjadi ancaman penting dan baru bagi masyarakat Kabupaten Pati. Meskipun sebenarnya kekeringan sudah menjadi rutinitas yang dihadapi warga Pati; terutama Pati Selatan dan Timur, namun perkembangan bencana kekeringan menjadi hal penting untuk dicermati.

Hal ini disebabkan karena disamping meningkatnya kerugian warga, juga terjadi penambahan jenis ancaman.

Ada 3 ancaman yang meningkat yang menyertai bencana kekeringan. Pertama, meluasnya dan bertambahnya jumlah wilayah yang mengalami krisis air. Bahkan persoalan krisis air yang sudah rutin ini tidak mampu diprediksi oleh Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Pati sehingga ditengah jalan, disaat puncak masyarakat membutuhkan bantuan air bersih, stok air bersih bantuan di BPBD sudah habis.

Perkembangan terkini soal bantuan air bersih adalah keluhan sejumlah relawan tentang kenaikan harga air bersih tangki. Seorang relawan bantuan air bersih menyampaikan kepada Clakclik.com bahwa para penyedia air bersih bantuan menaikkan harga air. Air bersih tangki harganya naik antara 50 ribu rupiah hingga 100 ribu rupiah. Para penyedia beralasan karena lokasi pengambilan air yang semakin jauh dan sulit.

Selain itu, krisis air yang terjadi sangat panjang juga berdampak pada meningkatnya biaya hidup masyarakat. Belanja air yang sebelumnya tidak menjadi bagian belanja utama, pada musim kekeringan saat ini menjadi kebutuhan belanja perioritas. Selain itu, warga juga kehilangan banyak waktu untuk mengusahakan ketersediaan air baik untuk mengantri air bantuan atau mencari air ke tempat yang jauh dari tempat tinggal mereka.

Kedua, ada penyerta lain dalam bencana kekeringan yakni, angin lisus. Pada Rabu, (24/10/2019), satu rumah di Desa Tanjungsekar Kecamatan Pucakwangi roboh diterjang angin lisus. Beberapa rumah lain gentingnya rontok.

Ketiga, soal kebakaran. Laporan tentang peristiwa kebakaran  meningkat drastis. Tidak hanya kebakaran di pemukiman, tapi juga kebakaran di lokasi-lokasi yang berpeluang menimbulkan gangguan dan meluas ke pemikiman. Terbaru, pada Jum’at (25/10./2019), ada 3 kasus kebakaran rumah dalam satu hari.

Tiga kebakaran rumah tersebut  terjadi dua rumah di Desa Plumbungan Kecamatan Gabus dan satu rumah di Desa Karangsumber Kecamatan Winong. Taksiran kerugian tiga peristiwa kebakaran tersebut sekitar 450 juta rupiah.

Evi Novita Setyaningrum, Pekerja sosial di Yayasan SHEEP Indonesia yang selama ini terlibat dalam banyak merancang desain pengurangan risiko bencana dan penanganan kasus bencana di Pati dan ditempat-tempat lain di Indonesia menyatakan bahwa peningkatan intensitas kerugian akibat bencana kekeringan di Pati harus direspon oleh pemerintah dengan pemetaan dan baseline data yang baik dan rencana kontigensi yang tepat.

“Dinamika kerugian semakin bertambah, harusnya situsi ini bisa mendorong BPBD Pati melakukan pemutakhiran data dan pemetaan ancaman yang presisi. Hal ini penting dilakukan untuk antisipasi kejadian yang sama di waktu yang akan datang,” Kata Evi. (c-hu)