07
Tue, May

Puncak Musim Kemarau, Petani Di Pucakwangi Mulai Siapkan Lahan untuk Tanam Padi

Sepasang petani sedang menyiapkan lahan menyambut musim hujan di sawah Desa Grobolsari, Pucakwangi, Rabu (23/10/2019) / Clakclik.com

Peristiwa
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pucakwangi, Clakclik.com—Meskipun tanda-tanda berakhirnya musim kemarau belum kelihatan, namun sebagian petani padi di Kecamatan Pucakwangi sudah mulai menyiapkan lahannya. Situasi ini bisa kita lihat disepanjang kanan-kiri jalan lintas Pucakwangi-Winong, tepatnya di ruas jalan Desa Sokopuluhan, Plosorejo, Karangrejo, Grogolsari, Kecamatan Pucakwangi hingga Desa Bumiharjo, Kecamatan Winong.

Abdul Madjid (57 tahun), salah satu petani yang dijumpai Clakclik.com, Rabu (23/10/2019) mengaku bahwa hal itu dilakukan dalam usaha mengejar ketersediaan air agar bisa menanam padi dua kali.

“Biasanya, pada musim tanam pertama, kami menanam padi dengan cara gogo rancah. Benih padi langsung ditanam di lahan menggunakan taju. Itu untuk mensiasati minimnya air. Jadi saat hujan turun satu atau dua kali, kami sudah langsung menanam,” Katanya.

Oleh karena itu, sejak saat ini ia dan beberapa petani lainnya sudah mulai menyiapkan lahannya. Karena kondisi sangat kering, sebagian petani menyiapkan lahan dengan cara membakar rumput dan sisa jerami di lahan, kemudian baru menggunakan cangkul.

Spekulasi

Rasimin (46 tahun) mengaku bahwa menanam padi di musim tanam pertama dengan cara gogo rancah sesungguhnya hanya spekulasi. Menurutnya, peluang kegagalannya besar.

“Pernah di tahun lalu, kami menanam dengan cara gogo rancah sampai dua kali gagal terus. Maksudnya gagal tumbuh, karena pertama kali hujan datang, kami segera menanam, ternyata hujan tidak datang lagi. Jadi benih padi tidak tumbuh. Akhirnya saat hujan sudah sering turun, kami membuat persemaian. Jadi tiga kali kami menyiapkan benih,” Kata Rasimin, Rabu (23/10/2019).

Pertanian padi di wilayah Kecamatan Pucakwangi rata-rata merupakan pertanian lahan kering. Hamparan sawah yang luas di Pucakwangi sangat luas, namun tidak ada saluran irigasi.

Akibatnya, petani di Pucakwangi selain monoton juga tidak kreatif, lantaran ancaman kegagalan sangat tinggi dikarenakan persoalan ketersediaan air yang tidak bisa diandalkan.

Terkadang, pertanian padi di Kecamatan Pucakwangi juga menjadi pertanian padi berbiaya tinggi karena beban biaya tambahan seperti pembelian benih berulang kali disebabkan gagal tumbuh dan membeli air melalui jasa pompanisasi.

Problem yang terjadi puluhan tahun ini hingga sekarang belum ada solusi. Bahkan karena jenuh bertani, saat ini sebagian lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan peternakan. Banyak kandang ternak ayam yang dibangun di lahan pertanian. (c-hu)