21
Thu, Nov

Berwarna Hitam Pekat dan Berbau Menyengat, Sungai Juwana Diduga Tercemar

Berwarna Hitam Pekat dan Berbau Menyengat, Sungai Juwana Diduga Tercemar

Peristiwa
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pati, Clakclik.com—Sudah seminggu lebih, warga di wilayah hilir Sungai Juwana mendapati kondisi air Sungai Juwana berubah menjadi hitam dan berbau menyengat. Kondisi ini dikeluhkan oleh warga yang tinggal di kanan-kiri Sungai Juwana dan para nelayan yang tiap hari memanfaatkan Sungai Juwana sebagai jalur transportasi.

“Warna airnya hitam pekat dan baunya kecing. Sudah terjadi beberapa hari. Kami sangat terganggu,” Terang Askuna, Nelayan Tradisional Desa Bendar, Kecamatan Juwana.

Keluhan yang sama juga disampaikan warga dari beberapa desa yang dilintasi oleh Sungai Juwana.

Joko Pramono, warga Desa Sugiharjo, Kecamatan Pati Kota mengatakan bahwa sebagian petani di desanya tidak berani mengairi sawah mereka dengan air Sungai Juwana karena khawatir tanaman padinya mati. Hal ini disebabkan karena mereka mendapati air Sungai Juwana yang biasa digunakan untuk mengairi sawahnya saat ini berwarna hitam dan bau.

Hal yang berbeda diungkapkan Supriyono; Warga Desa Gajahmati, Kecamatan Pati. Ia mengatakan bahwa sudah beberapa hari air Sungai Juwana yang melintas di kampungnya berwarna merah.

“Saat pagi dan siang hari, warna air Sungai Juwana terlihat kemerahan. Selain itu baunya banger seperti bau limbah,” terang Supriyono.

Selain petani dan nelayan di desa-desa yang di lewati aliran Sungai Juwana, petambak di Desa Gadingrejo, Kecamatan Juwana juga merasakan hal yang sama.

“Meskipun kondisinya tidak separah di wilayah Juwana, namun dampaknya terhadap budidaya udang windu sangat terasa. Udang windu umur 2-3 bulan banyak yang mati setelah tambak disoroti atau ditambah air dari Sungai Juwana. Akibatnya petani tambak mengalami kerugian yang cukup besar,” Ujar Ari Subekti, Petambak Desa Gadingrejo.

Ia menambahkan bahwa selama ini, 200 petak tambak di Desa Gadingrejo, bergantung pada Sungai Juwana. Namun, dengan keadaan sungai saat ini, petambak banyak mengalami kerugian.

“Setiap satu petak, kerugian petambak bisa mencapai 4-5 juta karena udangnya banyak yang mati,” Terang Ari Subekti.

Semua warga yang dihubungi Clakclik.com menduga bahwa saat ini Sungai Juwana mengalami pencemaran. Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap musim kemarau, pencemaran Sungai Juwana selalu terjadi. Biasanya saat datang musim penghujan, warna sungai berubah normal. Bau menyengat juga hilang. Kemudian berganti banjir. Oleh karena itu, mereka berharap pemerintah segera turun tangan. Tidak hanya insidental tapi harus di cari akar persoalannya. (c-hu)