Clakclik.com, 19 Oktober 2021—Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam keterangan pers pada Senin (18/10/2021) mengatakan, kita harus bersiap menghadapi fenomena La Nina mulai November 2021.
Menurut Dwikorita, pemantauan terhadap suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menunjukkan bahwa saat ini telah terjadi anomali suhu muka air laut.
La Nina mengacu pada pendinginan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik khatulistiwa tengah dan timur, yang umumnya terjadi setiap dua hingga tujuh tahun. Data BMKG menunjukkan, La Nina pernah terjadi pada tahun 2007/2008, lalu terjadi lagi pada 2010/2011, tahun 2018, dan terakhir pada 2020/2021.
Dwikorita menerangkan, mengacu kejadian La Nina pada 2020, curah hujan saat itu mengalami peningkatan pada November, Desember, dan Januari, terutama di daerah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan. Peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 hingga 70 persen di atas normal.
La Nina tahun ini diprediksi BMKG akan memiliki dampak yang relatif sama dengan tahun lalu sehingga meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah Indonesia. Oleh karena itu, Dwikorita meminta semua pihak meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi curah hujan tinggi. (c-hu)