06
Mon, May

Komunikasi Gugus Tugas Covid-19 Pati Buruk, Sosialisasi Hingga Sanksi Protokol Kesehatan Tidak Mempan

Husaini, Pekerja Sosial Yayasan SHEEP Indonesia

Peristiwa
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pati, Clakclik.com—Merespon tentang ditetapkannya Kabupaten Pati menjadi salah satu wilayah risiko tinggi penularan Covid-19 di Indonesia oleh Gugus Tugas Nasional, Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Pati yang juga Bupati Pati Haryanto mengatakan bahwa masyarakat kurang taat pada protokol kesehatan.

Padahal baik selaku bupati maupun sekalu ketua gugus tugas, Bupati Pati Haryanto mengaku telah berupaya maksimal terkait sosialisasi protokol kesehatan hingga menerbitkan kebijakan yang didalamnya terdapat sanksi.

Baca juga: https://www.clakclik.com/72-peristiwa/1371-masuk-kategori-risiko-tinggi-korona-nasional-bupati-pati-persalahkan-warga-kurang-taat-protokol

Pekerja Sosial Yayasan SHEEP Indonesia, Husaini menilai bahwa ada masalah dengan strategi komunikasi yang diterapkan oleh gugus tugas penanggulangan Covid-19 Pati.

“Saya melihat komunikasi yang dibangun gugus tugas Pati itu komunikasi searah; sosialisasi dan monoton. Himbauan protokol kesehatan dominan dilakukan oleh ketua gugus tugas. Terlihat tidak kreatif. Jaman sekarang warga kalau hanya dihimbau, diceramahi saja ya tidak mempan. Apalagi kalau orang yang memberikan himbuan dan ceramah tidak menarik,” kata Husaini, Kamis (10/09/2020).

Menurut Husaini harusnya gugus tugas lebih kreatif dalam melakukan sosialisasi protokol kesehatan dan melibatkan banyak pihak serta memanfaatkan teknologi.

“Misalnya bisa menggandeng seniman untuk produksi konten-konten kampanye yang menarik. Mengajak anak-anak muda, para Youtuber Pati misalnya untuk membuat media kampanye yang bagus, dan lain-lain,” tambah Husaini.

Husaini juga menjelaskan bahwa selain melakukan sosialisasi hingga memberikan sanksi, pemerintah harusnya juga menyiapkan infrastruktur yang memadai.

“Misalnya kalau bicara soal cuci tangan. Harusnya disediakan fasilitas cuci tangan yang memadai. Jumlahnya cukup, diletakkan di tempat yang strategis, gampang diakses dan didesain yang menarik. Namanya membangun perilaku hidup baru ya harus kreatif, mudah, menyenangkan dan menarik,” pungkas Husaini. (c-hu)