21
Thu, Nov

Mendidik Anak: Memberi Contoh Lebih Baik Dibanding Melarang

Ilustrasi / Clakclik.com

Opini
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Oleh: Asti Nurchotimah; Mahasiswa KKN-MDR Kelompok Deaguna IPMAFA Pati

Orang tua seringkali melarang anak mereka melakukan suatu perbuatan yang tak baik ataupun perbuatan yang tak mereka kehendaki. Sebagai contoh, orang tua melarang anak untuk berbohong, melarang anak untuk berteriak-teriak, dan sebagainya. Namun orang tua terkadang hanya melarang anak-anak mereka tanpa mencontohkannya dengan perbuatan. Misalnya, orang tua melarang anak untuk berteriak-teriak namun mereka sendiri sering meninggikan nada suara mereka di rumah.

Padahal Allah sendiri mengajarkan umat Islam untuk tidak bersuara keras di rumah dan melirihkan suara. Allah menjelaskan hal tersebut dalam Alquran surat Luqman ayat 19. Dalam ayat tersebut Allah berfirman, “Dan lirihkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman [31] : 19) Demikianlah perintah Allah untuk melembutkan suara di dalam rumah.

Namun sayangnya, sebagian orang tua terkadang masih saja ada yang gemar meninggikan suaranya di dalam rumah. Misalnya meninggikan suara dengan cacian dan makian ataupun menghardik istri dan juga anak-anak. Dengan demikian, anak pasti akan berpikir mengapa mereka dilarang untuk berteriak-teriak sedangkan orang tua mereka sendiri gemar berteriak-teriak atau berkata keras di dalam rumah.

Jika orang tua berbuat demikian, maka ia sama saja seperti mengajarkan sesuatu hal namun ia sendiri tidak melakukannya. Padahal Allah sungguh sangat membenci perbuatan seperti itu. Sebagaimana Allah berfirman dalam Alquran surat Ash–Shaf ayat 2 dan 3. Dalam ayat tersebut Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash–Shaf: 2-3)

Bahkan, hukuman atas perbuatan tersebut di akhirat kelak akan sangat pedih. Sebab orang yang tak melakukan apa yang diajarkannya, maka ia akan mendapat siksaan pedih di akhirat. Siksaan tersebut berupa dilempar ke neraka dengan usus yang keluar. Kelak ia akan memutari ususnya seperti seekor keledai yang sedang berputar-putar menarik alat giling gandum.

Rasulullah SAW pernah menceritakan hal tersebut dalam sebuah hadis. Beliau SAW bersabda, “Didatangkan seorang pria pada hari kiamat. Kemudian dia dilempar ke neraka. Ususnya keluar dan dia memutari ususnya bagaikan seekor keledai yang berputar-putar menarik alat giling gandum. Penduduk neraka pun berkeliling mengelilinginya dan mengatakan, “Wahai fulan, apa yang terjadi denganmu? Bukankah dahulu Engkau adalah orang yang memerintahkan kami melaksanakan yang ma’ruf dan melarang kami dari hal yang mungkar?” Kemudian dia menjawab, “Dahulu aku memang memerintahkan kalian pada yang ma’ruf (kebaikan), tetapi aku sendiri tidak melaksanakannya. Demikian juga, aku melarang kalian dari yang mungkar (keburukan), namun aku malah mengerjakannya.” (HR. Bukhari)

Tak hanya itu, para orang tua juga wajib berhati-hati dengan perbuatannya. Sebab anak-anak sangat mudah sekali meniru perilaku orang-orang dewasa di sekitarnya. Sehingga jika orang tua memberikan contoh-contoh perilaku yang baik kepada anak, maka anak pun akan mencontoh perilaku-perilaku baik yang dicontohkan oleh orang tua.

Jika anak sering melihat orang tuanya berdzikir, bertahlil, bertahmid, dan bertasbih, maka ia pun akan mudah melafalkan Laa ilaaha illalloh, Subhanallah, dan Allahu akbar. Jika orang tua sering berpuasa Senin-Kamis dan melakukan salat berjamaah, sang anak pasti akan mulai meniru kebiasaan orang tuanya tersebut. Demikianlah betapa sesungguhnya orang tua menjadi orang pertama yang ditiru perbuatannya oleh anak-anak mereka. Sehingga hendaknya orang tua tidak hanya bisa melarang-larang anak mereka, namun hendaknya mereka mencontohkan perilaku-perilaku yang baik juga.