20
Mon, May

Jasinah Setia Dengan Anyaman dan Gerabah

Jasinah (57 tahun) sedang menunggu kios alat rumah tangga tradisional di Pasar Gabus, Desa Gabus, Kec. Gabus, Pati, Minggu (6/10/2019)/Clakclik.com

Cerita
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pati, Clakclik.com—Sejak 2010, Jasinah (57 tahun) menempati kios ukuran 3X3 ditepi pasar Gabus, Desa Gabus, Kecamatan Gabus, Pati. Di kios itu, ia menjajakan beragam perabot rumah tangga berbahan baku bambu, tanah liat dan kayu.

Perabot rumah tangga yang jajakan Jasinah adalah perabot rumah tangga tradisional yang saat ini nyaris ditinggalkan masyarakat. Diantaranya adalah sapu lidi, besek, gayung, tompo, caping, cowek, kendi dan banyak lagi lainnya.

Jasinah mengaku selain berjualan di pasar, ia juga kadang-kadang menggarap sawah di kampungnya. Tetapi kegiatan sehari yang rutin adalah menunggu kiosnya dengan aneka perabot tradisional tersebut.

Saat ditanya soal apakah perabot-perabot tradisional seperti itu masih laku dibeli orang, ia mengaku bahwa dalam situasi apapun, kiosnya tidak pernah sepi pembeli.

“ Yang jelas, tiap hari pasti ada yang beli. Entah sapu, kloso atau perabot rumah tangga kecil-kecil lainnya seperti cowek, wajan dan kendil,” Terang Jasinah saat dikunjungi Clakclik.com di kiosnya, Minggu (6/10/2019) siang.

Jasinah mengaku, selain pembali untuk kebutuhan umum rumah tangga seperti sapu dan lain-lain, ia juga mengaku sering ada orang belanja untuk kepentingan ritual tradisi, lamaran dan kelahiran bayi. Yang terbaru, orang-orang yang menderita penyakit tertentu juga datang ke kiosnya untuk membeli barang-barang anyaman yang untuk masak semisal enthik (tempat menanak nasi dari anyaman bambu) yang diyakini aman dan sehat.

Untuk menyediakan dagangannya, Jasinah mengaku ada yang membeli langsung dari pengrajin, ada juga yang dikirim oleh pengepul.

“Untuk yang anyaman bambu, saya mengambil langsung dari pengrajin tetangga saya di Desa Pulorejo, Winong. Untuk gerabah sebagian ada yang dari Kecamatan Jaken, ada juga yang dari Mayong, Kabupaten Jepara,” Terang Jasinah.

Jasinah mengaku, selama 9 tahun menekuni berjualan perabot rumah tangga tradisional, ia merasa nyaman. Pertama, ia mengaku tidak banyak pesaing. Kedua, kalau menjual barang-barang tradisioan pembeli tidak banyak menawar, karena harganya relatif murah.

Saat ditanya soal akan sampai kapan berjualan perabot rumah tangga tradisional seperti saat ini. Ia mengaku akan menekuninya semampunya. Bahkan, dia sudah menyiapkan kedua anaknya berjualan di pasar.

“Anak saya dua. Keduanya sekarang juga berjualan di pasar sini. Jualannya juga sama seperti saya. Perabot-perabot tradisional begini,” terangnya sembari tersenyum bahagia. (c-hu)