02
Thu, May

Survey Covid-19: Laki-laki dan Anak Muda Sulit Patuhi Protokol

Ilustrasi / Clakclik.com

Cerita
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 15 Juni 2020—Walau semua orang rentan terpapar Covid-19, respons mereka terhadap ancaman penyakit ini berbeda. Laki-laki dan anak muda cenderung kurang patuh terhadap protokol kesehatan, sedangkan perempuan lebih mudah cemas dengan segala hal terkait Covid-19.

”Perempuan memiliki perilaku yang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki dalam menjalankan protokol kesehatan,” kata Kepala Subdirektorat Indikator Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Windhiarso Ponco Adi Putranto dalam webinar Membedah Hasil Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19: Pengaruhnya pada Perilaku dan Produktivitas Penduduk di Jakarta, Sabtu (13/6/2020).

Data itu diperoleh melalui survei daring yang dilakukan BPS terhadap 87.379 responden yang tersebar proporsional sesuai persentase penduduk di tiap wilayah. Survei dilakukan antara 13-20 April 2020.

Dalam berbagai aspek pencegahan Covid-19, kepedulian laki-laki lebih rendah dari perempuan. Dari penilaian mandiri yang dilakukan responden, laki-laki hanya memiliki perhatian yang baik terkait pengetahuan menjaga jarak saat beraktivitas di luar rumah dan menghindari transportasi umum. Soal memakai masker, cuci tangan dengan sabun selama 20 detik, menghindari jabat tangan dan antrean, serta peduli gejala penyakit terkait Covid-19, perempuan lebih peduli.

Hasil survei juga menunjukkan, makin muda usia, makin rendah kepedulian mereka untuk mematuhi protokol kesehatan selama masa transisi menuju normal baru. Kepatuhan tertinggi untuk menggunakan masker, mencuci tangan, menghindari pertemuan, dan menjaga jarak ada pada kelompok responden baby boomer (lahir 1946-1964).

Kepedulian itu, secara berurutan makin menurun pada Generasi X (lahir 1965-1980), Generasi Milenial (lahir 1981-1996) dan Generasi Z (lahir pertengahan 1990 hingga pertengahan dekade 2000-2010).

Menurut Windhiarso, data perilaku antargenerasi itu bisa dijadikan bekal untuk melakukan intervensi dan penyusunan kebijakan menghadapi normal baru. ”Generasi Milenial dan Generasi Z perlu memperbaiki perilakunya dalam memasuki tatanan kehidupan baru,” tambahnya. (c-hu)