Pati, Clakclik.com—Sejumlah petani padi yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Pati, Jawa Tengah terancam gagal panen karena bencana banjir dan angin lisus. Banjir menenggelamkan padi yang kebanyakan sudah berbuah dan menguning.
Sedangkan angin lisus merobohkan tanaman padi. Di beberapa wilayah langganan banjir seperti di sepanjang kanan-kiri Sungai Juwana bahkan terjadi padi roboh karena angin lisus dan kemudian terendam air banjir.
Pantauan Clakclik.com di lapangan (15/3/2024) keadaan demikian itu terjadi diantaranya di wilayah Kecamatan Pucakwangi, Winong, Jakenan, Pati Kota, Juwana, Gabus, Margorejo, Tambakromo, Kayen, dan Sukolilo.
“Untuk wilayah Kecamatan Pucakwangi dan sekitarnya yang merupakan lahan pertanian padi tadah hujan dan dataran tinggi, rata-rata tanaman padi yang sudah mulai menguning roboh karena angin. Lebih parah karena saat roboh juga terjadi hujan berhari-hari sehingga padi cepat busuk,” kata Andi Syaifuddin, Relawan Bagana NU Pucakwangi.
Selain melakukan pantauan di lapangan, Clakclik.com selama beberapa hari juga melakukan pantauan di sejumlah Whatsapp Group (WAG) ralawan peduli bencana, masyarakat tanggap bencana, dan Jampisawan yang sudah terbentuk di desa-desa langganan banjir kawasan Sungai Juwana.
tanaman padi yang ambruk dan terendam banjir di Kabupaten Pati, Sabtu (16/3/2024) Foto WAG Jampisawan
Relawan Jampisawan asal Desa Kecamatan Pati Kota Supriyono dalam WAG Jampisawan berkirim foto tanaman padi yang roboh dan tergenang air.
“Padi yang sebentar lagi bisa dipanen, roboh dan terendam air. Pemilik tidak sempat menyelamatkan padinya karena kesulitan mendapatkan buruh tani. Sedangkan rumahnya sendiri di terendam air. Padi yang sebenarnya sudah siap panen, ambruk. Bakul pun tidak mau menawar karena kondisi kurang baik. Sudah jatuh tertimpa tangga pula,” tulis Supriyono dalam caption foto yang diunggahnya (16/3/2024).
Sementara itu, dikabarkan di WAG Mastana Silugonggo yang merupakan kumpulan relawan bencana desa di lima desa di wilayah hulu Sungai Juwana Kabupaten Pati, relawan dari Desa Gadudero berkirim foto tanaman semangka dan melon yang tergenang air. Untuk tanaman semangka sudah berbuah dan melon baru berbunga.
“Modalnya puluhan juta. Semangka tidak dipanen karena biaya panen malah. Sementara semangka dari lahan yang terendam banjir belum tentu laku. Kalau melon yang sudah berbunga dan terendam air, biasanya juga mati. Rugi banyak warga sini,” tulis salah satu anggota grup yang dihubungi Clakclik.com via Whatsapp, (14/3/2024).
Masalah yang sama juga dikabarkan oleh sejumlah petani padi di Kecamatan Sukolilo dan Margorejo. Mereka mengirim foto tanaman padi yang terendam banjir dan para petani yang sedang panen padi sambal berenang yarena padinya nyaris tenggelam.
“Kalau di Margorejo Sebagian besar sudah panen. Tapi juga ada yang belum dan padinya tenggelam,” kata Kamelan, petani Desa Jambean Kidul, Kecamatan Margorejo yang juga salah satu relawan Jampisawan, (15/3/2024).
Kerugian
Saat Clakclik.com bertanya tentang luas lahan dan kerugian, rata-rata para relawan maupun petani tidak bisa memberikan jawaban secara pasti. Namun jika melihat dari luasan dan sebaran lahan pertanian yang terdampak bencana banjir dan angin lisus tersebut, kerugian di sector pertanian terhitung besar.
“Kalau mau ditotal jumlah kerugian petani bisa milyaran. Tapi untuk apa ditotal kalau tidak ada yang akan merespon. Biasanya nanti di media ada yang menghitung,” kata Joko Pramono, salah satu anggota WAG Jampisawan. (c-hu)