18
Fri, Apr

Bagaimana Persiapan Kita Hadapi La Nina?

Foto: Clakclik.com

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Kita semua sejak dulu mendapatkan pengetahuan bahwa secara umum wilayah Indonesia memasuki musim hujan pada bulan Oktober.

Editorial | Clakclik.com | 9 Nopember 2021

Jika pada awal November ini kita mendapati langit rata-rata berwarna kelabu dan hujan sering turun, itu hal normal. Jika ada hal yang menjadikan cuaca berbeda dengan masa lalu ialah intensitas cuaca dan curah hujan yang terjadi. Musim hujan tidak datang dengan perlahan bertahap, tetapi terkesan langsung menggebrak, lebat, dan dengan curah tinggi.

Baca juga: https://www.clakclik.com/identitas/35-komunitas/1848-proyek-pengendali-banjir-sungai-juwana-bbws-pemali-juwana-diminta-pikirkan-nelayan

Kita pun ingat prakiraan yang disampaikan ahli cuaca dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bahwa selain musim hujan akan datang lebih awal, musim juga akan ditandai dengan fenomena La Nina.

Petani di tepi Sungai Juwana, Pati, Jawa Tengah panen padi saat banjir datang beberapa waktu lalu / Clakclik.com

Seperti dilaporkan harian ini, Senin (8/11/2021), sekarang memang sedang terjadi La Nina. Ada anomali suhu di Samudra Pasifik yang berdampak meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, 20-70 persen di atas normal. Hal itu berisiko memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan badai tropis.

BMKG yang bertanggung jawab atas informasi iklim dan meteorologi dalam kajiannya memperlihatkan, curah hujan meningkat pada November 2021 hingga Januari 2022, terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi bagian selatan, dan Bali hingga Nusa Tenggara Timur. Prakiraan itu menyata saat terjadi banjir besar di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat; tanah longsor di Kabupaten Garut, Jawa Barat; banjir bandang di Kota Batu, Jawa Timur; dan bencana di beberapa wilayah lain.

Baca juga: https://www.clakclik.com/72-peristiwa/1836-sejak-2014-banjir-bandang-datang-tiap-tahun-di-dukuhseti

Mengingat prakiraan cuaca ekstrem berlangsung hingga Januari, tak bisa lain kita harus meningkatkan kewaspadaan untuk menghadapinya. Catatannya adalah acap kali kita masih melihat persiapan menghadapi banjir dan bencana hidrometeorologi lain dilakukan mepet dengan datangnya musim hujan. Bahkan, ada yang baru dikerjakan saat musim tiba. Kita tak tahu apa alasannya, tetapi itu acap mengingatkan kita pada ungkapan ”too little, too late”. Tak memadai dan terlambat.

Di sinilah sebagai bangsa kita diuji, seberapa jauh memenuhi janji dan tekad menjadi bangsa berbasis pengetahuan dan bangsa pembelajar. Jika konsekuen dengan tekad dan janji itu, semestinya pemandangan petugas galian baru menggali menjelang musim hujan sudah tidak ada lagi. Dalam birokrasi pun anggaran sudah disiapkan jauh hari sebelum musim hujan tiba.

Petani di tepi Sungai Juwana, Pati, Jawa Tengah panen padi saat banjir datang beberapa waktu lalu / Clakclik.com

Boleh jadi ada faktor yang belum sepenuhnya kita ketahui. Dalam hal ini menyangkut ekstremitas cuaca sehingga bisa jadi infrastruktur yang sudah kita tingkatkan pun belum mampu untuk menampung curah hujan yang ada.

Baca juga: https://www.clakclik.com/73-cerita/1755-revisi-perda-rtrw-pati-kawasan-rawan-bencana-banjir-hilang

Dalam hal ini, baik juga kita mengingat petuah, ”Harapkan yang terbaik, tetapi persiapkanlah untuk yang terburuk”. Kita tahu, pada masa transisi perubahan iklim dan cuaca ekstrem, potensi bencana belum sepenuhnya dipahami. Meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan diri sejauh mungkin kita yakini masih menjadi cara tepat untuk meminimalkan potensi dampak bencana hidrometeorologi yang terjadi.

 

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.