23
Sat, Nov

PAUD Kita Masih Tertinggal

Foto: Clakclik.com

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 8 Nopember 2021—Pendidikan anak usia dini (PAUD) penting untuk meletakkan fondasi kesiapan anak belajar. Namun, keberadaan jenjang pendidikan anak usia dini masih tertinggal, aksesnya terbatas, dan belum mengintegrasikan layanan tumbuh kembang anak secara utuh.

Dilansir kompas.id (8/11/2021) Ketua Umum Ikatan Doktor PAUD Indonesia (Ikad PAUDI) Sukiman memaparkan, PAUD penting untuk jenjang berikutnya dalam pendidikan. Namun, masih banyak isu yang perlu ditangani bersama oleh para ahli PAUD Indonesia, terutama para doktor PAUD lulusan dalam dan luar negeri.

Sejumlah isu utama penyelenggaraan PAUD yang dikritisi Ikad PAUDI yakni pembelajaran PAUD yang masih diwarnai kertas-pensil dan bersifat klasikal. Pembelajaran yang berpusat pada anak umumnya masih bersifat wacana dan belum terimplementasi dalam praktik. Selain itu, penyelenggaraan PAUD yang holistik-integratif juga belum dipahami dan dijalankan sepenuhnya oleh pengelola PAUD.

“Ada isu guru PAUD juga yang perannya masih dominan mengajar, bukan sebagai fasilitator dengan menempatkan anak didik sebagai subyek pembelajaran. Insentif guru PAUD juga masih sangat rendah dan karirnya belum jelas,” papar Sukiman dalam acara Musyawarah Besar Ikad PAUDI, Sabtu hingga Minggu (7/11/2021).

Ketua Dewan Pembina Ikad PAUDI Fasli Jalal mengatakan, sebelum bersekolah ke jenjang SD, anak-anak Indonesia harus mendapat pendidikan dan pengembangan holistik-integratif di jenjang PAUD. Standar dan kurikulum, proses pembelajaran yang baik hingga asesmen anak usia dini harus disesuaikan dengan tumbuh kembang anak. Implementasinya harus didukung dengan tersedianya guru-guru PAUD yang berkualitas.

Menurut Fasli, banyak permainan dan seni budaya tradisional yang bisa dimanfaatkan pendidik PAUD untuk menstimulasi anak. Untuk itu, para guru butuh didampingi dan dilatih agar dapat menyusun modul pembelajaran yang mengembangkan motorik kasar-halus dan kemampuan anak usia dini lainnya dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitar anak.

Sementara itu, Direktur PAUD, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Muhammad Hasbi mengatakan, akses anak usia dini untuk mengenyam PAUD baru berkisar 42 persen. Jumlah ini terendah dari jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK sederajat karena sudah ada yang mencapai 95 persen.

Menurut Hasbi, penyelenggaraan PAUD berkualitas menjadi kesempatan terbaik untuk membuat perbedaan SDM Indonesia dalam jangka panjang. “Peletakan batu pertama di jenjang PAUD untuk menghadirkan fondasi pendidikan yang lebih baik guna menghasilkan SDM unggul. Namun, kesiapan bersekolah ini masih dilandasi isu miskonsepsi, pemaksaan calistung atau membaca, menulis, menghitung untuk masuk SD nanti,” ujar Hasbi.

Padahal, PAUD berkualitas yang diharapkan harus memastikan terjadinya stimulasi yang mampu meningkatkan perkembangan anak-anak pada aspek kognitif, bahasa dan literasi, sosial emosional, motorik kasar dan halus; serta mampu menanamkan nilai-nilai agama, budi pekerti, dan perilaku hidup bersih sehat.

Kegiatan pembelajaran beragam dan dilakukan melalui cara yang sesuai untuk anak usia dini. Kebijakan Merdeka Belajar diterjemahkan menjadi merdeka bermain di PAUD. Kegiatan bermain-belajar dapat menggunakan obyek sekitar, berbasis proyek dan pendekatan multi bahasa berbasis bahasa ibu.

Anak-anak harus mengalami belajar-bermain, yakni setiap kegiatan perlu menunjukkan keterkaitannya dengan aspek perkembangan yang ingin dikuatkan. Ada interaksi positif antara pendidik dan anak untuk dapat mewujudkan situasi yang menyenangkan dan nyaman. Kegiatan yang dilakukan kontekstual dan bermakna. (c-hu)

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.