21
Thu, Nov

BPBD Pati Kembangkan Mastana di Kecamatan Dukuhseti

Foto: Clakclik.com

Instansi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Dukuhseti, Clakclik.com—Belajar dari kejadian bencana beberapa tahun sebelumnya dan masukan dari masyarakat serta wakil rakyat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Jawa Tengah membangun kesiapan masyarakat menghadapi ancaman bencana di wilayah Kecamatan Dukuhseti melalui program Masyarakat Tangguh Bencana (Mastana).

Baca juga: https://www.clakclik.com/72-peristiwa/835-pati-diterjang-banjir-dari-segala-penjuru

Baca juga: https://www.clakclik.com/73-cerita/848-saat-kendeng-muria-berkirim-banjir-di-pati

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pati Sukarno mengatakan bahwa ancaman bencana paling populer di wilayah kecamatan Dukuhseti adalah banjir bandang. Melalui Mastana, pemerintah desa, berbagai elemen organisasi di desa dan tokoh masyarakat diajak membangun kesiapan dan konsolidasi dalam penanggulangan bencana melalui satu wadah Forum Pengurangan Risiko Bencana (F-PRB) di tingkat desa.

Peserta pelatihan Mastana sedang berlatih membuat peta ancaman bencana desa di Desa Bakalan, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati beberapa waktu lalu / Clakclik.com 

“Salah satu indikator kalau suatu desa memiliki masyarakat yang tangguh bencana adalah adanya F-PRB desa. F-PRB ini berfungsi sebagai motor penggerak di desa untuk urusan bencana; mulai dari membangun kesiapsiagaan, melakukan tanggap darurat, hingga berkerja untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana,” kata Sukarno di sela pelatihan Mastana bagi warga dan pemerintah Desa Kembang dan Dukuhseti di Aula Kantor Desa Dukuhseti, Kecamatan Dukuhseti, Kamis (16/9/2021).

Sukarno menambahkan bahwa untuk wilayah Kecamatan Dukuhseti, pihaknya telah menyelesaikan pelatihan Mastana dan pembentukan F-PRB seluruh desa. Selanjutnya, BPBD Pati akan mengembangkan konsep Mastana berbasis kawasan di Kecamatan Dukuhseti.

“Bencana banjir tidak bisa ditanggulangi dengan pendekatan administratif desa. Karena misalnya banjir di Desa Bakalan, airnya berasal dari wilayah hulu seperti Desa Wedusan. Oleh karena itu harus ada sinergi antar desa. Harus ada pengembangan manajemen pengurangan risiko bencana berbasis kawasan,” pungkas Sukarno. (c-hu)

 

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.