29
Mon, Apr

Korupsi Kebijakan; Korupsi (yang) Tak Tersentuh Kebijakan

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Modus korupsi atau merampok uang negara itu tidak cuma dalam bentuk mencuri, menyunat atau mark-up proyek. Tapi, yang lebih dahsyat justru perampokan lewat kebijakan yang sistemik (dan tak akan dideteksi oleh KPK).

Editorial | Clakclik.com | 6 Desember 2020

Baca juga: Korupsi dan Kemewahan (clakclik.com)

Pada awal pandemi, Pemerintahan Jokowi merancang "pandemic bond", menerbitkan surat utang utk mengatasi Covid dan dampak ekonominya.

"Pandemic bond" belakangan direvisi menjadi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan total anggaran sekitar Rp 650 trilyun.

Pendanaan didapat terutama dari utang, secara langsung maupun lewat mekanisme obligasi (surat utang).

Dari total anggaran tadi, porsi bantuan sosial (bansos) dan bantuan langsung, baik untuk individu maupun UMKM, relatif kecil: dianggarkan cuma sekitar Rp 120 trilyun (sekitar 20%).

Tapi, bahkan dari jumlah yang kecil itu, lebih kecil lagi yang benar-benar sampai ke masyarakat secara langsung. Sebagian parkir di bank BUMN dan lembaga keuangan lain dalam bentuk subsidi bunga (jika ada yg meminjam).

Pertanyaan besar: kemana sebenarnya 80% dana PEN mengalir? Siapa paling diuntungkan?
Korupsi/suap menteri yang cuma milyaran rupiah itu tetap kejahatan. Tapi, itu sebenarnya cuma noktah kecil dari gunung es kolosal.

Korupsi dan kolusi lewat kebijakan jauh lebih besar dan merusak ketimbang hanya mencuri uang negara milyaran rupiah. Korupsi lewat kebijakan berkaitan erat dengan paradigma ekonomi neoliberal yang pemerintah anut.

Kita sebenarnya bisa belajar dari masa lalu, jika mau.

Krisis ekonomi pada 1998 mendorong pemerintah mencetak utang lewat obligasi rekap (utang publik yang dipakai untuk mensubsidi perbankan dan para konglomerat). Sampai tahun ini, 20 tahun kemudian, kita masih membayar cicilan utang itu.

Hal yang sama, anggaran PEN Rp 650 trilyun akan memberi beban kepada anak-cucu kita puluhan tahun ke depan.

Siapa yang paling diuntungkan?

Dicopy dari status Facebook Farid Gaban; Editor in Chief The GeoTimes Online, Direktur Zamrud Khatulistiwa Foundation (judul asli: Korupsi Kebijakan) Minggu (6/12/2020)

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.