23
Sat, Nov

Saat Musim Hujan, Jangan Lupa Kemarin Kita Krisis Air

Foto: Clakclik.com

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 9 Februari 2020—Pada musim hujan seperti saat ini, sontak kita semua bicara soal banjir. Kita lupa baru beberapa bulan lalu dilanda kekeringan dan krisis air. Padahal, musim hujan dan musim kering adalah siklus rutin yang dihadapi negara beriklim tropis seperti Indonesia.

Penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan karena alih fungsi lanah dan kerusakan hutan disertai dengan perubahan iklim membuat perubahan drastis kondisi lingkungan saat ini.

Di wilayah Kabupaten Pati, pada waktu musim kemarau, krisis air semakin meluas. Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Pati sempat salah menyusun prediksi dalam merespon kekeringan sehingga berdampak pada habisnya stok bantuan air yang disediakan BPBD. Beruntung banyak kelompok masyarakat yang aktif memberikan bantuan kepada mereka yang mengalami krisis air.

Pada waktu musim hujan, kejadian banjir berubah ritme dan karakternya. Jika pada waktu yang lalu wilayah yang langganan banjir adalah di sekitar alur Sungai Juwana, kini kejadian banjir karakternya zig-zag tidak beraturan.

Pada musim hujan 2020 ini, hampir segala penjuru wilayah Pati sudah merasakan banjir: Pati Utara, Pati Selatan, Pati Barat dan Timur, semua mengalami kasus kebanjiran meskipun tingkatan dan sebarannya berbeda-beda. Jalan Pantura Pati - Juwana dan Pati-Kudus, Jalan Pati-Tayu, Jalan Dukuhseti-Jepara, Jalan Pati-Grobogan, Jalan Gabus-Tambakromo dengan beraneka ragam durasi tergenang dan terganggu karena banjir. Puluhan tanggul jebol, ratusan hektar lahan pertanian gagal tanam dan gagal panen.

Evi Novita Setyaningrum, aktivis manajemen bencana dari Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) mengingatkan bahwa Pemerintah Kabupaten Pati kedepan harus melakukan kajian mendalam untuk penyusunan revisi peta rawan bencana.

“Bisa jadi, seiring menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan dan perubahan iklim, kita harus terus melakukan pembaharuan peta kebencanaan. Karena spot bencana bisa berpindah-pindah seperti saat ini. Namun, jenisnya kita sudah kenali bersama. Kalau di Pati ya banjir, longsor, krisis air, kebakaran dan angin lisus,” Kata Evi Novita, Minggu (9/2/2020).

Selain itu, Evi Novita juga mengingatkan bahwa pemerintah Kabupaten Pati perlu membuat terobosan-terobosan dan inovasi dalam mengatasi krisis air pada saat musim kemarau. “Misalnya melakukan kajian soal potensi sumber air di wilayah yang kekeringan hingga pengembangan teknologi memanen air hujan. Puluhan tahun kekeringan kok responnya hanya droping air tangki. Bukannya salah, tapi kita seakan-akan tidak pernah belajar,” Pungkas Evi Novita. (c-hu)


Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.