Clakclik.com, 9 Nopember 2019—Jika di Kabupaten Pati, Jawa Tengah tepatnya di Desa Bendar Kecamatan Juwana beberapa waktu lalu dihebohkan dengan aksi ‘topo pendem’ Mbah Pani, di Korea Selatan saat ini banyak orang beramai-ramai mencoba merasakan 'kematian sesaat' dengan cara mengenakan kain kafan, melakukan pemotretan pemakanan, menulis surat wasiat, dan berbaring di dalam peti mati yang tertutup sekitar 10 menit.
Berbeda dengan Mbah Pani, warga Korea Selatan ini melakukan simulasi kematian dengan tujuan untuk memahami dan memaknai hidup dengan lebih dalam demi menggapai kehidupan yang lebih baik.
Pengalaman 'kematian sesaat' ini didapatkan dari layanan pemakaman gratis untuk mereka yang masih bernyawa. Layanan ini disediakan oleh Hyowon Healing Center dan telah melayani lebih dari 25 ribu orang. Layanan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang melalui simulasi kematian.
"Begitu Anda sadar akan kematian dan merasakannya, Anda akan menemukan makna baru dalam hidup," ujar salah seorang peserta, Cho Jae-hee (75), seperti dikutip The New York Times.
Dilansir dari Laman CNN Indonesia, Sabtu (9/11/2019), seorang mahasiswa, Choi Jin-kyu (28) mengatakan, berada di dalam peti mati menyadarkannya akan sifat buruknya yang selalu memandang orang lain sebagai pesaing.
"Saat saya berada di dalam peti mati, saya bertanya-tanya, apa gunanya itu [menganggap orang lain sebagai pesaing]," kata Jin-kyu. Alih-alih bersaing ketat di dunia kerja, dia berencana untuk memulai sebuah bisnis kecil selepas menyelesaikan studinya.
Jeong Yong-mun, yang mengepalai Hyowon Healing Center mengatakan bahwa pengalaman akan kematian merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup.
"[Dari pengalaman akan kematian] kita bisa memaafkan dan mendamaikan diri untuk kemudian menjalani hidup yang lebih bahagia," ujar Yong-mun.(c-hu)