23
Sat, Nov

Hati-hati, Ikan Asin Bisa Memicu Kanker. Begini Penjelasannya!

Ilustrasi/Republika.co.ic

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 19 Oktober 2019--Dalam sebuah acara bertajuk Patient Journey in Oncology Total Solution yang diselenggarakan PT Kalbe Farma Tbk di Bogor, Selasa (7/10/2019), Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Profesor DR Dr Aru W Sudoyo SpPD KHOM FINASIM FACP, menyebut bahwa ikan asin juga menjadi salah satu bahan makanan yang dapat memicu kanker.

Seperti dilansir laman Kompas.com, Kamis, (17/10/2019), menurut Dr. Aru ada dua hal buruk dari proses pembuatan ikan asin dan menjadi racun pemicu kanker :

1.    Karena proses penggaraman

Untuk membuat ikan segar menjadi ikan asin, prosesnya melewati penggaraman supaya awet. Garam dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab pembusukan pada ikan.

Proses penggaraman ikan pada umumnya dilakukan dalam tiga cara yaitu penggaraman kering (dry salting), penggaraman basah (wet salting), dan kench salting.

Proses tersebut membuat ikan asin, garamnya menjadi sangat tinggi. Garam dalam dosis tinggi itulah yang dapat memicu sel kanker.

2.    Karena proses penjemuran

Setelah dilakukan penggaraman, ikan asin biasanya dijemur di tempat yang mendapatkan terik matahari langsung.

Pada proses penjemuran, ada perubahan pada sel-sel pada daging ikan, sehingga muncul bahan-bahan nitrat yang dikenal sebagai nitrosamine.

Dalam ikan asin itu ada namanya nitrosamin (tobacco specific nitrosamin-TSNA) yang merupakan zat karsinogenik penyebab kanker.

Dr. Aru menambahkan bahwa peringatan yang disampaikan itu bukan berarti masyarakat harus menghindari atau tidak mengkonsumsi ikan asin. Namun ia menyarankan agar masyarakat membatasi konsumsi ikan asin.

“Jika dikonsumsi dalam batas wajar, tidak akan menimbulkan kanker. Yang perlu diperhatikan yakni jika mengkonsumsi hingga tiga kali seminggu atau lebih itu bahaya. Kalau sesekali tak apa, tapi kalau sering itu yang bisa jadi faktor pemicu kanker. Apapun jangan kebanyakan, mungkin bisalah dua minggu sekali atau sebulan sekali saja,” jelas Aru. (c-hu)


Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.