22
Fri, Nov

Dampak Buruk dan Candu Sinetron

Dampak Buruk dan Candu Sinetron

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 30 September 2019— Pada awal September ini, kita dikejutkan dengan pengakuan tindak pembunuhan sadis yang dilakukan  Aulia Kesuma kepada suami dan anaknya yang mengaku terinspirasi dari sinetron.


Diluar fakta yang naik dalam pemberitaan media, hasil observasi Clakclik.com dilapangan juga menemukan bahwa tayangan sinetron juga menjadi tema diskusi di pasar-pasar tradisional dan angkutan umum; terutama oleh perempuan. Tak jarang, mereka membicarakannya seakan kisah tersebut benar-benar nyata.

Hal itu disebabkan karena dalam sinetron, unsur imajinasi ditampilkan dengan memasukkan latar (cerita, lokasi, karakter tokoh) yang dekat dengan penonton sekaligus memancing daya imajinasi penonton. Lalu muncullah konflik yang hadir bersama sifat-sifat alami dari para tokoh untuk memunculkan asosiasi dan menjadi simbol emosi penonton (senang, takut, cemas, marah, dan sebagainya). Terakhir, semua adegan yang terjadi ditampilkan seakan-akan menyerupai kejadian yang terjadi di kehidupan nyata.

Keadaan itu juga yang membuat banyak orang kecanduan menonton tayangan sinetron. Banyak orang melakukan beragam upaya agar tidak ketinggalan episode-episode sinetron. Banyak dijumpai di keluarga-keluarga tertentu, diantara anggota keluarga saling berebut remote televisi hingga bertengkar dikarenakan rebutan tayangan sinetron.

Tak hanya itu, sinetron selanjutnya juga mampu mempengaruhi gaya hidup: mode baju, belanja, kuliner dan tuntutan kemawahan hidup lainnya. Banyak orang yang gaya hidupnya berusaha untuk mem-foto copy alur cerita di sinetron.

Sejarah & Perkembangan Sinetron

Sebutan sinetron atau sinema elektronik pertama kali diberikan oleh tokoh televisi Ishadi SK pada 1985. Sebelumnya, pada Desember 1962, TVRI menjadi stasiun televisi pertama yang menayangkan sinetron dengan judul Sebuah Jendela. Kala itu, tayangan sinetron justru menjadi salah satu andalan TVRI ketika televisi swasta menayangkan film dan program dari luar negeri.

Tahun ini, selain serial-serial drama luar negeri seperti India, Korea dan Turki, pesona sinetron lokal juga sangat gemilang.

Dilaporkan Kompas.id pada Senin (30/9/2019), Sinetron lokal menempati posisi tiga teratas dalam penguasaan rating share  televisi pada Kamis, 12 September 2019. Posisi pertama diraih sinetron Tukang Ojek Pengkolan (RCTI), lalu kedua sinetron Cinta karena Cinta (SCTV), dan diikuti Cinta Anak Muda (SCTV). Sinetron merupakan salah satu tayangan yang mengisi jam-jam utama tayang (prime time), terutama di RCTI, SCTV, dan ANTV. Dengan modal itulah stasiun televisi dapat memikat perusahaan-perusahaan lain untuk menaruh iklan pada jam-jam ditayangkannya sinetron itu. (c-hu)

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.