Puluhan juta orang di sebagian wilayah Asia Tenggara dan Selatan menghadapi suhu yang sangat panas. Cuaca panas ini memaksa sekolah-sekolah tutup, membatasi aktivitas warga di luar ruangan, dan mengancam kesehatan masyarakat, bahkan menimbulkan korban jiwa.
Editorial | Clakclik.com | 29 April 2024
Bulan April dan Mei biasanya merupakan bulan-bulan terpanas di Filipina dan negara-negara lain di Asia Tenggara. Akan tetapi, suhu tahun ini diperburuk oleh peristiwa El Nino yang menyebabkan cuaca menjadi lebih panas dan kering di wilayah tersebut.
Suhu di atas 40 derajat celsius melanda Filipina dan Thailand akibat fenomena El Nino. Di Cavite, daerah selatan Manila, suhu mencapai 47 derajat celsius pada Rabu (24/4/2024). Sementara diberitakan sejumlah media Asia, kawasan Phuket, Thailand, ditaksir dilanda suhu 54 derajat celsius akhir pekan ini.
Guardian melaporkan, suhu panas membuat sekolah-sekolah di seluruh wilayah Filipina, termasuk ibu kota Manila dan sekitarnya, diliburkan. Warga diperingatkan pada potensi sengatan panas atau heat stroke. Data PBB menyebutkan separuh dari 82 provinsi di negara ini mengalami kekeringan.
Lahan pertanian yang kering di wilayah Kecamatan Pucakwangi, Pati. Hal ini sering terjadi. Apalagi rata-rata lahan pertanian di Pucakwangi merupakan lahan pertanian tadah hujan / Clakclik.com
Sementara pemerintah Thailand menyatakan 30 orang tewas akibat serangan panas sepanjang tahun ini dan memperingatkan warga agar menghindari aktivitas di luar ruangan. Permintaan listrik melonjak ke titik tertinggi baru pada Senin malam, yakni 35.830 megawatt, karena warga beralih ke pendingin ruangan.
Di ibu kota Bangkok, suhu mencapai 40,1 derajat celsius pada hari Rabu. Otoritas setempat memperingatkan kemungkinan ”indeks panas” bisa melebihi 52 derajat celsius. Ukuran ini mencerminkan kondisi suhu, dengan mempertimbangkan tingkat kelembaban yang merupakan faktor penting bagi kesehatan manusia.
Laporan Kondisi Iklim di Asia (State of the Climate Report in Asia) 2023 yang dilansir Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menemukan, Asia mengalami pemanasan lebih cepat dibandingkan rata-rata global. Tren pemanasan meningkat hampir dua kali lipat sejak periode tahun 1961 hingga 1990.
Asia tetap menjadi wilayah paling terkena bencana di dunia karena cuaca, iklim, dan bahaya terkait air pada tahun 2023. Banjir dan badai menyebabkan jumlah korban jiwa dan kerugian tertinggi yang dilaporkan. Sementara gelombang panas menjadi lebih parah.
Keterangan pers yang disampaikan Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo, di laman resmi WMO, Selasa (23/4/2024), banyak negara di kawasan ini mengalami rekor tahun terpanas pada 2023, bersamaan dengan serangkaian kondisi ekstrem, mulai dari kekeringan dan gelombang panas hingga banjir dan badai.
Tahun 2023 lalu, menurut Emergency Events Database, total 79 bencana yang berkaitan dengan kejadian bencana hidrometeorologi dilaporkan di Asia. Dari jumlah tersebut, lebih dari 80 persen disebabkan banjir dan badai, dengan lebih dari 2.000 korban jiwa dan sekitar 9 juta orang terdampak langsung.
Meski risiko kesehatan akibat panas ekstrem meningkat, angka kematian akibat panas kerap kali tidak dilaporkan. Wakil Sekretaris Jenderal WMO Ko Barret pun menyatakan panas ekstrem semakin menjadi pembunuh diam-diam yang terbesar di dunia, termasuk di Asia.
Percepatan indikator-indikator utama perubahan iklim, seperti suhu permukaan, penyusutan gletser, dan kenaikan permukaan laut, akan berdampak besar bagi masyarakat, perekonomian, dan ekosistem di kawasan ini. Pada tahun 2023, suhu permukaan laut di barat laut Samudra Pasifik mencapai rekor tertinggi.
Krisis iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia turut menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem di seluruh dunia sehingga bencana lebih sering dan mematikan, termasuk gelombang panas. Karena itu, aksi global, termasuk negara-negara di wilayah Asia, mesti diperkuat untuk memitigasi risiko bencana yang lebih parah.