Masa depan produksi pangan global terancam karena kenaikan suhu akan berdampak tidak hanya pada merosotnya produtivitas tanaman, tetapi juga kapasitas fisik petani untuk bekerja di sektor pertanian. Di Indonesia, fenomena ini telah terjadi di sejumlah tempat.
Editorial | Clakclik.com | 26 April 2024
Laporan terbaru tentang hal ini misalnya dirilis oleh para peneliti dari Cornell Atkinson Center for Sustainability, The Environmental Defense Fund (EDF) dan Kansas State University pada Jumat (19/1/2024) disebutkan, untuk setiap pemanasan 1 derajat celsius, hasil panen tanaman utama seperti jagung, kedelai, dan gandum di daerah tertentu akan turun sebesar 16-20 persen. Hal ini akan menurunkan pendapatan kotor pertanian sebesar 7 persen dan pendapatan bersih pertanian anjlok 66 persen.
Penelitian dampak perubahan iklim terhadap tanaman padi juga telah dilakukan. Menurut laporan peneliti dari Peking University, China dan tim di jurnal Nature Food pada 4 Mei 2023, penyusutan produksi padi di China akibat perubahan iklim bisa mencapai 8,1 persen pada tahun 2100. Selain paparan panas yang bisa memicu kekeringan, penurunan produksi padi juga bisa disebabkan oleh hujan ekstrem akibat perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim terhadap produksi padi di Indonesia juga sudah diproyeksikan bakal terjadi. Riset Edvin Adrian dan Elza Surmani dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan, Indonesia dapat kehilangan nilai ekonomi padi rata-rata Rp 42,4 triliun per tahun pada 2051-2080 dan meningkat menjadi Rp 56,45 triliun per tahun pada 2081-2100 (Kompas, 24 November 2022).
Tak hanya produktivitas tanaman, dampak pemanasan global juga bisa memukul petani, yang menjadi penopang produksi pangan.
Para pekerja di sektor pertanian sudah mulai merasakan dampak perubahan iklim dan pemanasan global ini. Seiring dengan kenaikan suhu, kapasitas fisik petani untuk bekerja di laur ruangan dinilai akan terus menurun hingga 70 persen. Hal ini menunjukkan sekali lagi dampak besar perubahan iklim terhadap kehidupan di berbagai wilayah di dunia terutama terkait dengan produktivitas pertanian.
Para pekerja pertanian yang menanam, mengolah, dan memanen sebagian besar pangan yang kita perlukan juga akan menderita karena paparan panas sehingga mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan di ladang.
Di Indonesia, laporan sejumlah media menunjukkan, sejumlah petani tidak bisa bertani selepas pukul 10.00 karena suhu yang terlalu panas. Para petani harus beradaptasi dengan kondisi terik ini dengan mengubah jam kerja
Selain mengubah jam kerja, para petani yang menanam tanaman tertentu seperti cabai dan bawang merah juga membutuhkan tambahan penyiraman tanah lebih banyak disebabkan karena tanah lebih cepat kering di bawah paparan terik matahari. Ini berarti, para petani harus menambah biaya bertani.