26
Fri, Apr

Sekali Lagi Soal Keamanan Pangan

Dok. Clakclik.com

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Persoalan berkait dengan pangan selalu saja muncul. Dari soal penyediaan makanan sampai soal diet. Keamanan pangan menjadi masalah yang mendesak ditangani segera.

Editorial | Clakclik.com | 28 Februari 2023

Sebanyak 10 juta hingga 22 juta orang di Indonesia mengalami diare karena pangan dan air yang terkontaminasi dengan kerugian ekonomi Rp 70,5 triliun hingga Rp 250,5 triliun dalam setahun. Kerugian bisa jauh lebih besar karena efek jangka panjang pangan dan air yang terkontaminasi bisa menyebabkan lebih dari 200 penyakit, selain masalah gizi hingga tengkes (stunting) pada anak-anak.

Penyakit yang ditularkan melalui pangan (foodborne illness), baik akibat mikroorganisme maupun kimia, telah menjadi beban utama kesehatan masyarakat, tetapi kerap terabaikan. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015, sekitar 600 juta orang, atau hampir 1 dari 10 orang di dunia, jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dan 420.000 orang meninggal setiap tahun.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beban kesehatan sangat tinggi karena penyakit yang ditularkan melalui pangan. Kita tidak perlu menunjuk hidung untuk mencari contoh kasus keracunan pangan. Kita sendiri mungkin menjadi salah satu korban dari masalah keamanan pangan. Setiap saat kita juga sering mendengar kasus keracunan makanan, baik di lingkungan sekolah, kampung, maupun tempat kerja.

Tidakkah semua ini menjadi tanda agar kita segera bergerak? Masalah paling besar adalah pembiaran terhadap kasus keamanan pangan yang menimpa diri kita. Kita hanya menganggap sepele dan tidak melihat kerugian yang lebih besar, seperti waktu produktif yang hilang, mobilitas yang berkurang, hingga beban pengeluaran yang bertambah. Saatnya kita peduli dengan persoalan keamanan pangan di tingkat terkecil, yaitu pribadi dan keluarga.

Di skala yang lebih luas, aspek keamanan pangan perlu menjadi perhatian bersama dari mulai tingkat kampung, tempat kerja, hingga lembaga pendidikan. Situasinya memang rumit. Berbagai makanan tersedia dengan mudah di tempat itu oleh penjual kaki lima, tetapi kualitasnya sulit terjaga. Ajakan membawa makanan dari rumah agar tersedia makanan yang lebih sehat makin sulit dilakukan karena transportasi yang tidak lancar dan pengemasan makanan yang tidak simpel.

Kepada pemerintah kita berharap kampanye keamanan pangan perlu dilanjutkan. Pada masa lalu, kita masih ingat ajakan untuk memiliki pola hidup bersih, termasuk di dalamnya rajin mencuci tangan dan menjaga kebesihan sekitar. Cara ini sedikitnya mengurangi mikrobia dan senyawa berbahaya dalam makanan. Ajakan untuk makan makanan bergizi dan keterampilan mengidentifikasi makanan yang rusak menjadi materi kampanye selanjutnya.

Lepas dari itu semua, persoalan kemiskinan kemungkinan menjadi masalah utama. Akibatnya, akses pendidikan yang baik berkurang sehingga pengetahuan tentang keamanan pangan sangat rendah. Kemiskinan juga menyebabkan daya beli rendah sehingga menyebabkan masyarakat lebih memilih mengonsumsi makanan yang asal-asalan. Meski demikian, apa pun keadaannya, kita perlu kembali mengedepankan keamanan pangan.

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.