Bagi sebagian orang, konten media sosial (medsos) menjadi medium kemerdekaan berekspresi. Tak hanya itu, media sosial juga sebagai ajang untuk ragam manipulasi: informasi maupun sikap.
Editorial | Clakclik.com | 25 Oktober 2020
Orang bisa memproduksi kabar bohong yang seakan-akan serius di medsos. Orang juga bisa menunjukkan ekspresi senang, bahagia, memuji hanya untuk membuat orang lain senang. Orang juga bisa memanipulasi apapun; termasuk arif, bijaksana, manis dan imut di medsos padahal watak dan kelakuan aslinya durjana.
Oleh karena itu, sebagian orang memaknai keberadaan konten di medsos sama dengan fenomena fatamorgana. Dari kejauhan ia terlihat seolah-olah ada. Namun, saat didekati, tampak tidak ada. Apa yang ditampilkan orang di medsos, bisa jadi berbeda 170 derajat dengan kenyataan kehidupan sesungguhnya.
Medsos sanggup menghadirkan penampakan visual yang tidak tampak, lalu disulap seolah terlihat ada. Ia juga berhasil memosisikan dirinya bagaikan kembang api. Realitas visualnya tampak indah menawan. Namun, jangan salah ketika sang api tidak dapat dikelola menjadi kembang api, fenomena kembang api akan membakar dan menghanguskan apa pun.
Saat ini, ketika kita membuka media sosial, kita akan langsung berhadapan dengan antara lain, pertunjukan nafsu jahat manusia, tindakan mengadu domba, kabar bohong dan fitnah, ujaran nyinyir, dan siasat prank. Semua itu seakan dihadirkan tanpa beban dan mengabaikan perasaan sungkan, menerabas sikap tabu dan amoral.
Dengan menatap layar HP, kita bisa menikmati aneka hingar bingar, kita bisa nangis mrebes mili dan atau tertawa lebar sembari hati berdebar.
Semoga kita semua tidak terjerembab pada budaya layar; menjadi pengagum “kaca”, namun abai pada sesama yang ada disekitar kita, ha-ha hi-hi kala sendiri, namun judes pada kanan-kiri!