09
Thu, May

Saatnya Gunakan Medsos untuk Gerakan Sosial

Ilustrasi / Clakclik.com

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Di Indonesia, dari sekitar 272 juta penduduknya, ada sekitar 175,4 juta pengguna internet. Sebanyak 160 juta orang merupakan pengguna aktif media sosial (medsos) dengan lama mengakses rata-rata 3 jam 26 menit per hari. Youtube menjadi medsos yang paling banyak diakses di negeri ini. Juga Facebook, Instagram dan Twitter.

Editorial | Clakclik.com | 4 Juli 2020

Medsos terus berkembang dan semakin populer. Kontroversi pun menyertainya, antara lain terkait penggunaan data pribadi tanpa izin, ujaran kebencian, gangguan kesehatan mental pada pemakainya, dan berita bohong. Manipulasi informasi dalam medsos sampai saat ini juga terus terjadi.

Padahal, awalnya medsos lahir sebagai cara bagi seseorang terhubung dalam jaringan dengan keluarga, teman, dan orang lain secara instan sehingga bisa menikmati hal positif di dalamnya. Harapan itu tak terjadi sepenuhnya bukan karena kesalahan penyedia platform saja, melainkan juga pemakai medsos.

Salah satu keluhan warganet yang dishare GeTab dan dikirim ke akun medsos Bupati Pati, Gubernur Jateng hingga Presiden / GeTab for Clakclik.com

Harusnya, media sosial bisa digunakan oleh masyarakat untuk saling dukung dan memperjuangkan hak, memprotes praktik ketidakadilan, mempersoalkan kebijakan yang tidak berpihak kepada mereka.
Pengguna media sosial bisa secara beramai-ramai menyuarakan pendapat sebagai bentuk ekspresi. Media sosial bisa menjadi tempat berdemonstrasi yang tertib guna menyoal aneka ketimpangan di masyarakat.

Rintisan menuju kearah itu sesungguhnya telah terjadi. Sejumlah orang memposting kondisi tetangganya yang miskin, tinggal di rumah reot namun tidak mendapatkan akses bantuan sosial dari pemerintah, protes tentang timbunan sampah di tempat umum dan lain-lain.

Di Pati misalnya, sebuah akun Facebook GeTab saat ini sedang menggalang protes atas aroma busuk yang terus menyebar ke segala penjuru yang selama hampir 5 tahun dikeluhkan warga dengan label “Bau Busuk Pantura”. Caranya, ia mengajak para pengguna medsos yang pernah menghirup dan terganggu dengan bau busuk itu untuk menyuarakan keluhannya dengan cara membuat tulisan pendek di media apasaja (kertas, dan lain-lain) lalu diminta untuk memfoto dan mengunggahnya di media sosial. GeTab; akan memunguti unggahan itu untuk kemudian disampaikan ke pemerintah (yang dalam hal ini disebutkan: Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pati, Bupati Pati, Gubernur Jawa Tengah hingga Presiden).

Salah satu keluhan warganet yang dishare GeTab dan dikirim ke akun medsos Bupati Pati, Gubernur Jateng hingga Presiden / GeTab for Clakclik.com

Langkah yang dilakukan GeTab menarik untuk disimak sekaligus didukung. Mungkin saja bisa menjadi cara lain melakukan protes dan berekspresi merespon sesuatu yang mengganggu kenyamanan bersama dengan cara gotong royong di medsos. Kita layak mencobanya!

Mari gunakan medsos untuk bekerjasama dalam kebaikan, menyampaikan informasi-informasi edukatif, kritis terhadap kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat dan membangun gerakan kepedulian sosial, daripada menggunakan medsos hanya untuk ngerumpi, berseteru dan hal-hal lain yang tidak perlu.

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.