21
Thu, Nov

Pemilu dan Pelajaran Masa Lalu

Identitas
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pemilu adalah persaingan konstitusional, pesta demokrasi, yang seharusnya membuat rakyat gembira. Siapa pun yang terpilih adalah pemimpin dan bagian dari bangsa ini.

Dua organisasi keagamaan terbesar di negeri ini sudah bertemu. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menyerukan agar diwujudkan pemilu yang damai.

Editorial | Clakclik.com | 29 Mei 2023

Beberapa hari lalu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir bertemu di Kantor PBNU, Jakarta. Tampil bersama dengan jajaran pengurus dua organisasi keagamaan terbesar di negeri ini, mereka menyerukan agar elite politik menjaga Pemilu 2024 berjalan damai dan bermartabat. Pemilu tak hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan, tetapi juga adu gagasan serta visi demi memajukan bangsa ini.

Seruan itu dikeluarkan menjelang pendaftaran pasangan calon presiden/wakil presiden. Sementara partai politik peserta pemilu dan calon anggota legislatif yang diajukan, serta calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), sudah berproses untuk bertarung dalam pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Selama ini, pemilu presiden/wapres (pilpres) memang berpotensi lebih besar membelah rakyat Indonesia.

Bendera Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dipajang di salah satu toko di Jakarta. Penjualan atribut partai sudah ramai walaupun masa kampanye baru dimulai pada November 2023 / Istimewa.

Setidaknya dari dua pemilu terakhir, tahun 2014 dan 2019, dan sejumlah pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung, konflik yang berujung pada keterbelahan masyarakat sungguh terasa. Bahkan, sampai saat ini masih terasa fragmentasi dalam masyarakat akibat perbedaan pilihan politik itu. Berbagai ujaran kebencian bertebaran di area publik hingga saat ini, terutama di media sosial.

Pada masa lalu, konflik juga terjadi dalam pemilu legislatif, khususnya pada masa kampanye. Peristiwa yang menelan korban jiwa terjadi. Padahal, mereka yang bertarung pada pemilu, setelah pesta demokrasi berakhir, bisa bekerja sama dan bergandengan tangan. Hasil Pemilu 2019 mengajarkan kepada publik negeri ini untuk rasional dalam mendukung serta memilih saat pemilu. Pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga S Uno yang kalah dalam kontestasi Capres-Cawapres bergabung menjadi anggota kabinet pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin yang memenangi pemilu.

Seruan NU dan Muhammadiyah, serta sejumlah organisasi kemasyarakatan lain, agar Pemilu 2024 dilaksanakan damai adalah pengingat bagi kita semua. Pemilu adalah persaingan konstitusional, pesta demokrasi, yang seharusnya membuat rakyat gembira. Siapa pun yang terpilih adalah pemimpin dan bagian dari bangsa ini yang akan menyejahterakan rakyat.

 

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.