Oleh: Hasanudin Abdurakhman; Pekerja, Pendidik, Motivator
Selain homoseksalitas, varian seksualitas ada satu lagi, yaitu aseksualitas. Aseksualitas adalah keadaan rendahnya atau tiadanya hasrat seksual pada seseorang.
Seperti arus sungai, arus utamanya bergerak ke hilir. Tapi ada di bagian sungai yang tidak begitu. Ada yang berputar, ada yang bahkan berlawanan arah. Begitu pula seksualitas manusia. Arus utamanya adalah heteroseksual, ketertarikan antara yang berbeda jenis kelamin. Variannya, homoseksual dan aseksual.
Aseksual berbeda dengan ketiadaan aktivitas seksual atau selibat. Orang yang selibat pada dasarnya punya hasrat seksual. Sedangkan aseksual, tidak punya hasrat sama sekali.
Aseksualitas belum begitu dikenal dalam dunia ilmiah. Masih banyak ilmuwan yang belum menganggapnya sebagai bentuk orientasi seksual. Tapi riset tentang hal ini mulai berkembang.
Secara sosial fenomenanya tidak menonjol seperti homoseksual. Itu karena kelompok orang dengan orientasi ini tidak melakukan tindak melawan arus yang dianut mayoritas, sehingga tidak menimbulkan friksi. Mereka juga selama ini cenderung diam di bawah tekanan mayoritas heteroseksual.
Orang yang aseksual selama ini tidak kawin. Itu gejala yang tidak keras kecaman terhadapnya. Tidak ada orang yang dipersekusi karena tidak kawin. Kalau pun ia kawin, tindakan resistensinya adalah tidak atau berhenti berhubungan seksual. Untungnya, banyak orang heteroseks yang juga berhenti berhubungan karena berbagai sebab, sehingga aseksual jadi tidak terdeteksi.
Bahkan kalangan aseksual sendiri banyak yang tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai aseksual. Berbeda dengan homoseksual yang tertarik dengan sejenis, aseksual tidak tertarik dengan jenis apapun. Ketiadaan menjadi hal yang sulit dideteksi.
Kini komunitasnya mulai berkembang. Ada lembaga bernama The Asexuality Visuality and Education Network (AVEN), juga ada Nonlibidoism Society.
Akankah mereka kelak dibenci juga oleh kaum heteroseksual?