15
Fri, Nov

Hindari Kata 'Tidak' dan 'Jangan' Saat Melarang Anak

Ilustrasi/Clakclik.com

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 8 Nopember 2019—Terlalu sering mengatakan 'tidak' atau 'jangan' pada anak ternyata bisa berdampak pada psikologisnya. Menurut psikolog dari Rumah Dandelion, Orissa Anggita Rinjani, M.Psi, P.si penggunaan kedua kata tersebut sebenarnya kurang disarankan untuk digunakan dalam proses disiplin anak.

Jika anak sudah dibilang berkali-kali pakai kata 'tidak' atau 'jangan' tapi masih melakukan perilaku yang sama, berarti efektivitasnya perlu dipertanyakan. Hal itu berarti, anak belum memahami apa yang kita maksudkan.

"Belum tentu anak paham lho apa yang kita mau atau perilaku apa yang kita harapkan untuk dilakukan. Contoh, 'jangan lari di tangga'. Ia akan berpikir, jadi bolehnya apa? Lompat boleh? Seluncuran boleh? Guling-guling boleh? Nah, jadi akan lebih mudah dan cepat dipahami kalau mengatakan 'jalan ya kalau di tangga, pegangan'," papar Orissa, Kamis (7/11/2019).

Oleh karena itu, kita perlu lebih jelas memberikan instruksi agar anak akan lebih mudah mengikuti arahan kita.

Orissa menambahkan, daripada menggunakan kata 'jangan' atau 'tidak', lebih baik latih anak untuk refleks berhenti melakukan sesuatu saat kita bilang 'Setop' atau 'Berhenti'.

"Setelah mengatakan 'setop', jelaskan pada anak kenapa kita menghentikan kegiatannya. Jelaskan apa yang sebaiknya ia lakukan. Jadi kita bisa kok meminimalisir kata 'jangan' atau ' tidak'. Hanya perlu dilatih terus menerus saja," ujarnya. (c-hu)

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.