16
Mon, Sep

Memahami Indeks Kebahagiaan

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Sumber kebahagiaan akan berbeda bagi tiap orang. Pengukuran diperIukan karena indikator kebahagiaan diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan publik dan pembangunan nasional.

Artikel ini ditulis oleh Margaretha Ari Anggorowati, Statistisi Ahli Madya BPS. Dipublikasikan pertama kali di Kompas.id , (22/1/2022).

Pemberitaan terkait rilis Indeks Kebahagiaan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu ramai dibicarakan di media daring. Hal ini disoroti oleh beberapa pihak yang meragukan metode pengukuran yang digunakan, bahkan menyebut bahwa statistik dapat digunakan untuk berbohong.

Kebahagiaan merupakan sebuah konsep yang luas. Persepsi kebahagiaan dapat beragam, baik bagi individu maupun kelompok, organisasi bahkan negara. Kebahagiaan pun memiliki levelling yang berbeda-beda, baik kebahagiaan yang mencakup jasmani maupun kebahagiaan yang lebih mendalam terkait rohani.

Kebahagiaan juga dapat berbeda berdasarkan suku, kepercayaan/agama, budaya, dan sebagainya. Misalnya kebahagiaan orang dari suku Jawa adalah ketika dapat berkumpul dengan sanak saudaranya (mangan ora mangan asal ngumpul) atau kebahagiaan suku Batak adalah ketika memiliki seorang anak laki-laki sebagai penerus marga keluarga, dan sebagainya.

Kebahagiaan tiap negara juga berbeda. Hal ini dapat dilihat berdasarkan World Happiness Report 2021 bahwa negara Guatemala dan Uruguay memiliki indeks kebahagiaan lebih tinggi dari Singapura yang sebenarnya memiliki PDB lebih tinggi dari kedua negara tersebut. PDB Singapura sebesar 390 miliar dollar AS sedangkan Guatemala sebesar 84,5 miliar dollar AS, dan Uruguay sebesar 56,7 miliar dollar AS. Ini menunjukkan bahwa kebahagiaan bukan semata-mata soal ekonomi, tetapi mencakup unsur kehidupan lainnya.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa kebahagiaan perlu diukur jika sumber kebahagiaan akan berbeda bagi tiap orang. Dalam penjelasan publisitasnya, BPS menjelaskan bahwa indikator kebahagiaan diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan publik dan pembangunan nasional.

Konsep kebahagiaan lebih didasarkan pada arti evaluasi penduduk terhadap kondisi obyektif kehidupannya. Konsep kebahagiaan sebagai evaluasi terhadap kehidupan tersebut kemudian didefinisikan sebagai evaluasi subyektif terhadap kondisi faktual kehidupan secara keseluruhan maupun menurut aspek kehidupan tertentu yang dianggap esensial oleh sebagian besar penduduk dan masyarakat (Diener & Seligman, 2004; OECD, 2019).

Dijelaskan pula bahwa dari sudut pandang psikologi positif, indikator kebahagiaan memiliki makna dan cakupan yang tidak hanya terbatas pada evaluasi subyektif terhadap kondisi kehidupan yang menyenangkan (pleasant life) dan kondisi kehidupan yang baik (being-well atau good life), tetapi juga pada kondisi kehidupan yang bermakna (meaningful life). Indikator kebahagiaan juga merupakan ukuran yang menggambarkan tingkat kesejahteraan karena kebahagiaan merupakan refleksi dari tingkat kesejahteraan yang telah dicapai oleh setiap individu (Kapteyn et al., 2004).

Metode statistik sebagai alat ukur

Mendiskusikan kebahagiaan apalagi mengukur kebahagiaan harus diakui bukan hal sederhana. Hal ini disebabkan karena kebahagiaan adalah variabel laten yang harus diukur melalui variabel-variabel pembentuknya. Sekalipun kebahagiaan bersifat persepsi, tetapi pengukuran secara kuantitatif dapat dilakukan.

Dalam dunia penelitian, pengukuran variabel laten sudah sangat biasa dilakukan khususnya di bidang ilmu sosial. Secara teori dan metodologi, sudah ada alat analisis yang dapat digunakan seperti Factor Analysis (FA), Principle Component Analysis (PCA) atau Structural Equation Model (SEM).

Alat analisis seperti motode statistik di atas dapat digunakan untuk mengukur sesuatu yang terlihat abstrak (dimensi) menjadi terukur secara kuantitatif.

Indeks Kebahagiaan terbentuk dari tiga dimensi utama, yaitu (a) dimensi kepuasan hidup, (b) dimensi perasaan (affect), dan (c) dimensi makna hidup (eudaimonia). Ketiga dimensi ini dibentuk dari 19 indikator, yaitu penerimaan diri, tujuan hidup, hubungan positif dengan orang lain, pengembangan diri, penguasaan lingkungan, kemandirian, perasaan tidak tertekan, perasaan tidak khawatir/cemas, perasaan senang/gembira, kepuasan terhadap kondisi, kepuasan terhadap keadaan lingkungan, kepuasan terhadap hubungan sosial di lingkungan, kepuasan terhadap ketersediaan waktu luang, kepuasan terhadap keharmonisan keluarga, kepuasan terhadap rumah dan fasilitas rumah, kepuasan terhadap kesehatan, kepuasan terhadap pendapatan rumah tangga, kepuasan terhadap pekerjaan/usaha/kegiatan utama, dan kepuasan terhadap pendidikan dan keterampilan.

Pengukuran statistik tidak dilakukan dalam ruang hampa. Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana hasil statistik kemudian dihasilkan. Faktor-faktor ini misalnya kultur budaya, karakteristik responden, waktu pengukuran, dan kondisi sosial lainnya yang sedang terjadi saat pengukuran dilakukan. Hal-hal ini yang menjadi penting untuk disertakan dalam proses interpretasi dari sebuah output pengukuran statistik.

Pengukuran statistik tidak dilakukan dalam ruang hampa. Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana hasil statistik kemudian dihasilkan.

Hal ini menjadi jelas misal ketika angka Indeks Kebahagiaan menjadi berbeda dari satu wilayah (baca: provinsi) dengan wilayah lain. Hasil agregat dari sebuah proses pengukuran dapat dilakukan, tetapi interpretasi juga bersifat general sehingga perlu dilakukan pengukuran pada tiap wilayah untuk mendapatkan interpretasi secara lebih mendalam.

Kemampuan membaca hasil statistik

Statistik dapat digunakan sebagai alat ukur. Statistik akan bekerja dan menghasilkan output sebagaimana teori dan metodologi yang ada. Hal yang kemudian juga penting adalah kemampuan untuk membaca hasil statistik (angka statistik). Ini yang kemudian perlu dikuatkan pada pengguna data. Memahami angka statistik tidak berhenti pada membaca angka. Diperlukan interpretasi mendalam dan analisis terhadap fenomena yang ada sesuai dengan environment masing-masing.

Berdasarkan rilis BPS terkait Indeks Kebahagiaan dapat diketahui bahwa angka-angka dimensi perasaan paling rendah jika dibandingkan dua dimensi lainnya, yaitu angka dimensi makna hidup (73,12) dan angka dimensi kepuasan hidup (75,16). Jika kita kaitkan dengan masa pandemi yang sedang berlangsung, maka dimensi perasaan adalah dimensi yang paling terganggu dari dua dimensi lainnya. Rasa cemas, gelisah, takut, dan sisi keamanan ini cukup banyak dialami oleh masyarakat di masa pandemi.

Apakah masa pandemi kemudian berdampak buruk dalam segala hal? Dari Indeks Kebahagiaan terlihat bahwa indikator kepuasan terhadap keharmonisan keluarga cukup tinggi (82,56), dimana pada masa pandemi dengan diberlakukannya sistem kerja dari kantor (WFO) dan sistem kerja dari rumah (WFH) juga sekolah daring, anggota keluarga memiliki cukup banyak waktu untuk berkumpul.

Kejernihan dan obyektivitas

Jika pemahaman dalam membaca output statistik sudah dimiliki maka dibutuhkan selanjutnya sebuah kacamata yang jernih dalam memahami angka yang ada. Hal ini menjadi penting agar interpretasi yang dihasilkan oleh setiap pengguna data menjadi obyektif. Beberapa pihak meragukan pengukuran statistik yang dinilai bias, tetapi dapat pula bias muncul dari pemahaman yang tidak utuh dan obyektifitas yang tidak jernih dalam melihat angka/data.

Membaca angka statistik di masa pandemi kembali membutuhkan analisis mendalam terkait kondisi lokal di masing-masing wilayah. Analisis secara agregat mungkin tidak cukup dan diperlukan pendalaman pada tiap wilayah yang lebih kecil sesuai karakteristik masing-masing.

Selain soal teknis, keikhlasan dalam membaca data juga menjadi penting. Ikhlas untuk melihat angka sebagai angka dan tidak membawa unsur-unsur non teknis (seperti kepentingan pribadi/kelompok dll) dalam memahami dan menginterpretasikan. Biarkan statistik berdiri sebagaimana adanya.

 

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.