25
Thu, Apr

Jurnalisme Positif; Jurnalisme dengan Peluang dan Harapan

Ilustrasi/Istimewa

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 18 April 2023--Media massa kita diharapkan tidak sebatas menyajikan informasi faktual. Jurnalisme positif dapat menjadi pilihan pendekatan pemberitaan dari sudut pandang eksploratif untuk meningkatkan intelektual publik.

Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu mengatakan, jurnalisme positif bukan sekadar berita akurat berlandaskan data dan fakta. Namun, juga menyuguhkan informasi tentang peluang dan harapan serta menumbuhkan optimisme masyarakat.

“Menjalankan salah satu fungsi pers untuk meningkatkan intelektual publik. Dengan begitu, daya kritis masyarakat akan terus diasah,” ujarnya dalam peluncuran buku Jurnalisme Positif: Bukan Sekadar Berita Positif oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) di Jakarta, Senin (17/4/2023).

Menurut Ninik, dalam menerapkan jurnalisme positif, jurnalis tidak hanya mempunyai pengetahuan memadai, tetapi juga integritas. Dengan begitu, informasi yang disampaikan tidak setengah-setengah karena bertujuan mengedukasi masyarakat.

“Wartawan harus memberikan informasi solutif yang tidak tunggal, tetapi menawarkan beberapa alternatif,” ucapnya.

Ketua Umum IJTI Herik Kurniawan menyebutkan, jurnalisme positif bukan menyampaikan informasi yang diinginkan publik, tetapi informasi yang dibutuhkan publik. Jurnalisme positif memberikan gambaran dan panduan bagaimana mengungkap suatu persoalan secara utuh dan menyeluruh, termasuk memberikan solusi yang tepat.

“Platform media bisa berubah, tetapi jurnalisme tidak akan pernah mati. Konten sebagai karya jurnalistik berkualitas harus kita jaga,” ujarnya.

Buku Jurnalisme Positif: Bukan Sekadar Berita Positif terdiri dari sembilan bab. Buku setebal 184 halaman itu menyajikan sejumlah tulisan dengan beragam pembahasan, seperti tanggung jawab sosial jurnalisme, tantangan jurnalisme positif, dan panduan jurnalisme positif.

Imam Wahyudi, editor buku tersebut, mengatakan, dalam jurnalisme positif, jurnalis menempatkan diri sebagai pihak yang aktif. Artinya, ia peduli terhadap dampak yang timbul akibat pemberitaan.

Dalam memberitakan konflik, misalnya, jurnalis tidak sebatas menerapkan cover both side atau memberitakan secara berimbang. Namun, juga mempertimbangkan apakah berita yang dihasilkan bisa memperparah konflik atau tidak.

Jurnalisme positif juga bukan hanya menyoroti sesuatu yang positif. Jurnalisme itu tetap menjadi kontrol sosial. Dalam hal ini, fungsi pengawasan ada dua, terhadap ancaman dan peluang. (c-hu)

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.