21
Thu, Nov

Waspadai Kondisi Cuaca

Ilustrasi/Istimewa

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 12 Maret 2022—Di tengah hiruk-pikuk isu pandemi Covid-19, penundaan pemilu, dan ragam persoalan lain dilingkungan kita, berita serta isu mengenai cuaca boleh jadi bukanlah prioritas.

Namun, kita tetap perlu memberi perhatian pada persoalan cuaca karena terkait potensi bencana hidrometeorologi. Hari Kamis (10/3/2022) lalu, koordinator di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Supari, menyebutkan, indeks ENSO (El Nino Southern Oscillation) saat ini minus 0,8. Ini indikator bahwa La Nina—yang dikaitkan dengan curah hujan—masih ada meskipun sudah lemah.

Kondisi wilayah Kabupaten Pati dari pantauan udara beberapa waktu lalu/Clakclik.com

Indeks ENSO akan berangsur netral pada April 2022. Hal ini berarti kita masih harus mewaspadai curah hujan hingga sekitar dua bulan mendatang. Dalam kondisi sekarang, ujar Supari, hujan dengan intensitas di atas 100 milimeter per hari masih berpeluang terjadi hingga Mei 2022. Hujan di bawah 100 mm per hari diperkirakan akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia setelah kita memasuki Juni 2022.

Untuk Maret 2022, wilayah di Sumatera Selatan, Lampung, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua diperkirakan masih mengalami curah hujan tinggi. Studi terpisah oleh Kyung-sook Yun dari Universitas Nasional Pusan, Korea Selatan, dan tim yang dimuat di jurnal Communications Earth and Environment pada Februari 2021 menyebutkan, ke depan skala ENSO akan kian ekstrem. Ini memicu perbedaan cuaca yang lebih ekstrem.

Menurut Yun dan tim, curah hujan lebat di daerah tropis biasanya dikaitkan dengan banyak awan tebal dan petir.

Lapangan sepak bola di Desa Glonggong, Kec. Jakenan, Kab. Pati. Karena banjir terus menggenangi, lapangan sepak bola jadi tidak berfungsi, Jum'at (11/3/2022)/Clakclik.com

Temuan terakhir itu perlu kita waspadai. Beberapa pekan terakhir di media masih sering dilaporkan, sebagian mengalami langsung, adanya angin kencang dan puting beliung yang merobohkan pohon besar, papan reklame, dan meluluhlantakkan rumah warga. Hujan yang turun tidak jarang demikian lebat dan di sejumlah daerah menimbulkan banjir yang juga menghanyutkan jembatan dan menimbulkan bencana. Banjir dan topan sudah terjadi sejak dahulu kala, tetapi kita perlu membedakannya dengan banjir dan topan hari ini.

Di satu sisi, kita mendapatkan peringatan lebih baik dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Prakiraan cuaca bisa lebih akurat, yang bisa menjadi pedoman dalam memitigasi potensi bencana. Selain itu, ada anggaran yang disiapkan untuk penanggulangan bencana hidrometeorologi. Kita pun bisa secara tepat mempersiapkan segala sesuatu terkait potensi bencana, mulai dari memperbesar drainase, normalisasi sungai, dan memperbaiki lingkungan di daerah hulu sungai.

Di

Terlihat halaman rumah warga tergenang air di tepi jalan raya Jakenan-Winong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Banjir datang bertubi-tubi membuat warga kebingungan merespon/Clakclik.com

sisi lain, prakondisi di atas belum semua dapat dipenuhi, sudah muncul perubahan yang penting, yakni perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang disebabkan oleh pemanasan global.

Oleh karenanya, terus-menerus mengingatkan tentang peningkatan ekstremitas cuaca bukan informasi biasa, melainkan sebagai peringatan agar kita kian cermat dan waspada dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi konsekuensi dari cuaca ekstrem. (c-hu)

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.