Sejak tahun 2017, dunia merayakan Hari Buah Internasional setiap 1 Juli. Perayaan ini berawal dari Jerman. Tahun 2019, Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga memutuskan tahun ini sebagai Tahun Internasional Buah dan Sayur.
Editorial | Clakclik.com | 4 Juli 2021
Di tengah pandemi, warga membutuhkan akses terhadap diet sehat. Salah satunya buah. Namun, sebelum pandemi, diet masyarakat kita bermasalah. Tren konsumsi buah dan sayur penduduk Indonesia turun pada 2012-2016.
Survei tahun 2019 menunjukkan, konsumsi per kapita orang Indonesia di bawah angka yang dianjurkan. Konsumsi rata-rata 32,44 kilogram, sedangkan rekomendasi Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) adalah 73 kg per kapita per tahun. Angka ini sangat rendah dibandingkan negara lain. Warga China mengonsumsi buah dan sayur 250 kg per kapita per tahun. Angka konsumsi Singapura, Kamboja, dan Vietnam jauh di atas Indonesia.
Problem diet sayur dan buah di Indonesia terkonfirmasi pada indikator lain, yaitu angka obesitas karena konsumsi makanan yang tidak seimbang. Di Indonesia, seorang di antara tiga orang dewasa mengalami obesitas. Kondisi pada anak-anak menunjukkan satu di antara lima anak-anak mengalami obesitas. Persentase obesitas penduduk meningkat dari 19,1 persen tahun 2007 menjadi 35,4 persen pada 2018.
Semua pihak perlu kembali mengangkat soal buah terkait diet dan ekonomi. Apalagi, di tengah pandemi, asupan gizi yang seimbang kian dibutuhkan. Pandemi dan peringatan Hari Buah Internasional jadi peluang semua pihak untuk mempromosikan konsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang mencukupi.
Pemerintah, swasta, dan media perlu diajak untuk membuat langkah strategis agar publik kembali peduli dengan buah. Promosi dan ajakan konsumsi buah secara besar-besaran perlu dilakukan agar masyarakat kembali mengingat konsumsi buah dan sayur. Rantai pasok buah dari produsen hingga konsumen sepertinya perlu dibenahi sehingga petani diuntungkan dan konsumen mudah mengakses buah.