23
Sat, Nov

Ungu; dari Raja ke Janda

Ilustrasi / Clakclik.com

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Mungkin Anda pernah mendengar ungu yang dihubungkan dengan janda? Memang ada sebagian orang berpandangan demikian, dan bukan kabar burung. Warna ungu sering diidentikkan dengan janda. Antara ungu dengan janda memang saling berhubungan.

Inspirasi Jum'at | Clakclik.com | 2 Juli 2021

Baca juga: https://www.clakclik.com/inspirasi/1736-kesalehan-sosial-menurut-syekh-abdul-qadir-jailani

Beberapa literatur tentang pemakaman di berbagai negara menyatakan, seorang istri saat menghadiri pemakaman suaminya biasanya memakai baju warna ungu. Ungu juga dikenal sebagai warna kesedihan dan berkabung. Contohnya di Italia, Brasil, dan Thailand.

Di Inggris pada era Ratu Victoria (abad ke-19), ungu jadi warna “setengah berkabung”. Sejarahnya, jika seorang wanita berduka, dia harus memakai pakaian warna hitam selama setahun. Setelah itu, wanita yang berstatus janda boleh menggabungkan ungu tua atau abu-abu pada busana kesehariannya.

Namun, sejarah kekaisaran Romawi justru menempatkan warna ungu pada tempat yang sangat terhormat. Bahkan di masa pemerintahan Ratu Inggris, Elizabeth I (1558-1603), ada aturan resmi warna ungu hanya boleh dikenakan oeh ratu atau raja dan kerabat langsungnya. Hal itu lantaran bahan warna ungu sangat langka dan mahal.

Baru pada 1856 warna ungu sintetis ditemukan. Sejak itu rakyat jelata mampu membelinya dan boleh mengenakannya. (Intisari, Juni 2016)

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.