21
Thu, Nov

Arti Nol Kasus dalam Pandemi Covid-19 di Kabupaten Pati

Ilustrasi / Istimewa

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Sudah tiga hari; yakni 12,13,14 Mei ini, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (TGTPPC) Kabupaten Pati mengumumkan melalui website covid19.patikab.go.id dan juga diumumkan langsung oleh ketua tim Bupati Pati Haryanto bahwa Kabupaten Pati dalam kondisi nol kasus Covid-19.

Editorial | Clakclik.com | 14 Mei 2020

Selain dalam kondisi nol kasus, juga dipublikasikan bahwa sudah tidak ada lagi wilayah yang berstatus zona merah.

Dari sisi statistik, kabar itu tentu kabar baik, menggembirakan dan perlu disyukuri semua pihak di Kabupaten Pati.

Namun demikian, minimal ada dua catatan penting yang perlu menjadi perhatian bersama.

Catatan pertama; dalam teori penyakit menular (seperti HIV/AIDS dan juga Covid-19), di dunia epidemologi ada istilah fenomena gunung es. Fenomena ini biasanya digunakan untuk menjelaskan bahwa temuan yang ada, atau kasus yang terungkap biasanya hanya kondisi di permukaan. Kondisi yang sesungguhnya bisa jadi beberapa kali lipat.

Catatan ini di dukung analisa sejumlah pihak yang selama ini memiliki perhatian serius dan kritis terhadap persoalan wabah Covid-19 seperti Ainun Nadjib Cs (#KawalCOVID19.id) dan wartawan senior bidang kebencanaan Harian Kompas; Ahmad Arif, serta beberapa yang lain.

Catatan kedua; soal test. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang positif Covid-19 (secara medis) adalah test. Jika tidak dilakukan test, seseorang dengan indikasi apapun (yang memenuhi syarat indikasi terpapar Covid-19) tetap belum bisa di vonis positif Covid-19.

Di Kabupaten Pati, sudah tersedia dua (model) test; yakni Rapid Test (tes cepat) dan Swab Test (tes dengan cara mengambil sampel dahak di tenggorokan seseorang). Namun, kondisi reaktif Rapid Test tidak menjamin seseorang positif Covid-19. Swab Test-lah test yang selama ini digunakan acuan penentu apakah seorang positif Covid-19 apa tidak.

Artinya, jika hendak bicara soal ada tidaknya temuan kasus, maka pertanyaannya adalah seberapa banyak kita melakukan tes. Jika tes dilakukan terbatas, maka hasilnya juga akan menemukan sedikit kasus, namun jika tes dilakukan secara massif, berpeluang menemukan banyak kasus.

Pertanyaan sederhana misalnya; bagaimana kondisi terkini soal 20 ribu-an lebih para pemudik warga Pati yang sudah menyebar di kampung atau desa masing-masing?.

Seperti diketahui bahwa proses pencatatan pemudik yang dilakukan oleh pihak desa paling hebat selain di data, diperiksa kesehatannya oleh bidan desa adalah di cek suhu badannya. Hal itu-pun sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak dilakukan dengan disiplin.

Kesimpulannya, kabar soal data nol kasus adalah kabar statistik formal saja. Tidak mewakili kenyataan sesungguhnya dilapangan.

Jadi, kabar tentang nol kasus yang diumumkan TGTPPC secara mental mungkin bisa memberi penghiburan kita semua, tapi secara substansi tidak mewakili kenyataan sesungguhnya.

Oleh karena itu, disiplin dan kehati-hatian adalah dua hal penting dalam kerja membendung penularan Covid-19 ini: tetap pakai masker, physical distancing dan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.

Kedepan bisa jadi hal ini merupakan kuwajiban kita dalam menjalani gaya hidup baru yang oleh Presiden Joko Widodo yang juga disetujui oleh pakar epidemologi Pandu Riyono sebagai “berdamai dengan Covid-19” ( selama vaksin-nya belum ditemukan).

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.